Pengantar Teknologi Pendidikan (PTP)
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Dosen : Prof. Yusufhadi
UNJ - FIP - TP '12
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
1.
Definisi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
JW.keegan
melakukan penelitian mengenai praktek penyelenggaraan dan definisi pendidikan
terbuka dan jarak jauh yang digunakan di berbagai Negara di dunia. Dia
melakukan analisis dan menelaah di berbagai definisi yang hampir sama, mulai
dari definisi Doamen (1967), Meckenzie, Christense; dart Rigby (1968);
Undang-Undang Pendidikan Perancis (1971); Peters (1973), Holmberg (1977) dan
membuat sintese mengenai definisi-definisi tersebut. Menurut dia ada enam unsur
dasar pengertian pendidikan terbuka dan jarak jauh, yaitu:
- Terpisahnya guru dan siswa. Karakteristik inilah
yang membedakan pendidikan terbuka dan jarak jauh dari pendidikan
konvensional;
- Adanya lembaga yang mengelola pendidikan terbuka dan
jarak jauh. Hal ini yang membedakan orang yang mengikuti pendidikan
terbuka dan jarak jauh dari orang yang belajar sendiri;
- Digunakannya media sebagai sarana untuk
menyajikan isi pelajaran;
- Diselenggarakannya sistem komunikasi dua arah
antara guru dan siswa atau antara lembaga dan siswa sehingga siswa
mendapatkan manfaat dirinya. Dalam hal ini siswa dapat berinisiatif untuk
terjadinya komunikasi itu.
- Pada dasarnya pendidikan terbuka dan jarak jauh
itu bersifat pendidikan individual. Pertemuan tatap muka untuk melengkapi
proses pembelajaran berkelompok maupun untuk sosialisasi dapat bersifat
keharusan (compulsory), pilihan (optional), ataupun tidak ada sama sekali
tergantung kepada organisasi penyelenggaranya.
Definisi
tersebut berlaku bagi berbagai sistem atau model pendidikan terbuka dan jarak
jauh yang menggunakan nama yang berbeda-beda seperti Correspondence School,
Distance Learning, Home Study, Independent Learning, dan masih banyak lagi
istilah lain. Definisi itu bahkan juga masih berlaku bila diterapkan pada
sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh baru yang sekarang sedang banyak
diminati orang yaitu, Online Learning, Virtual Learning atau e-Learning.
2.
Hakikat Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Pada hakikatnya pendidikan terbuka dan jarak
jauh mengandung konsep dasar yang sama, yaitu pendidikan yang berlangsung
sepanjang hayat yang berorientasikan pada kepentingan, kondisi,dan
karakteristik peserta didik dengan berbagai pola belajar dengan menggunakan
aneka sumber belajar. Pendidikan terbuka merupakan istilah umum, sedangkan
pendidikan jarak jauh bersifat lebih spesifik. Semua pendidikan jarak jauh
merupakan pendidikan terbuka dengan program belajar terstruktur relatif ketat
dan pola pembelajaran yang berlangsung tanpa tatap muka atau keterpisahan
antara peserta didik dengan pendidik.
A.
Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat merupakan bentuk
dari hak asasi manusia, yaitu bahwa manusia sejak dari kandungan hingga ke
liang lahat berhak memperoleh apa yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Pendidikan bersifat terbuka secara konseptual
memberikan kesempatan kepada siapa saja,
pada usia berapa saja, untuk memperoleh pendidikan apa saja, dari apa dan siapa
saja, kapan saja diperlukan, dimana saja, dengan cara apa saja yang diinginkan,
dengan berbagai pola yang saling melengkapi. Peserta didik dapat memperoleh
pendidikan di rumah, dibawah binaan orang tua atau dalam kelompok bermain, ini
merupakan sesuatu yang nonformal, pendidikan yang formal dapat diperoleh di
sekolah. Pilihan untuk memperoleh pendidikan ini dilaksanakan secara fleksibel,
baik dalam kesempatan atau memperolehnya, maupun dalam penyesuaian dalam waktu
penyelesaian program pendidikan, peserta didik dewasa dapat belajar sambil
bekerja atau mengambil beberapa program pendidikan sekaligus pada jenis dan
jalur pendidikan yang berbeda secara terpadu dan berkelanjutan
Pengakuan atas hasil pendidikan sepanjang
hayat ini tidak didasarkan pada adanya ijazah, diploma atau sertifikat, tapi
diukur oleh masyarakat, oleh masyarakat atas kinerja peserta didik di
masyarakat.
B.
Pemberdayaan Peserta Didik
Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh
berusaha memberdayakan peserta didik dengan berorientasikan kepada kepentingan,
kondisi dan karakteristik mereka dengan berbagai pola belajar dengan
menggunakan aneka sumber belajar.
Kepentingan peserta didik adalah hal-hal yang
sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang bersifat normatif, komparatif, dan
prospektif.
Kebutuhan normatif adalah kebutuhan yang
didasarkan atas standar minimal tertentu
untuk setiap jenjang pendidikan. Kemampuan membaca, menulis, berhitung
merupakan norma minimal untuk melek-aksara. Kebutuhan secara komparatif adalah
kebutuhan untuk memenuhi perbedaan antara peserta didik baik untuk skala lokal,
nasional, maupun global. Sedangkan kebutuhan prospektif adalah adalah kebutuhan
untuk mengantisipasi adanya peubahan di masa depan yang serba tidak menentu.
Untuk itu peserta didik perluu dibekali kemampuan untuk cara belajar, dan
belajar memecahkan masalah yang di hadapinya.
Kondisi dan karakteristik peserta didik
adalah keadaan pribadi dan lingkungan yang menunjukan kemampuan hambatan, dan
peluuang yang berbeda-beda kondisi yang berbeda ini tidak seharusnya menjadi
alasan untuk mendapatkan kesempatan belajar. Pendidikan harus memungkinkan
untuk pengembangan potensi peserta didik dengan optimal sesuai dengan kondisi
mereka masing-masing. Bagi peserta didik yang tinggal di daerah terpencil
dengan kondisi sosial-ekonomis yang terbatas, harus pula mendapat perhatian
sehingga mereka dapat memperoleh pendidikan yang yang diperlukan untuk
kehidupan mereka.
C.
Prinsip Pendidikan Terbuka & Jarak Jauh
Pendidikan terbuka dan jarak jauh
diselenggarakan atas dasar kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian,
kesesuaian, mobilitas, dan efisiensi. Pendidikan terbuka dan jarak jauh
dirancang sebagai suatu sistem pendidikan yang bebas diikuti oleh siapa saja
sehingga peserta didik menjadi sangat heterogen baik dalam kondisi,
karakteristiknya meliputi motivasi, kecerdasan, latar belakang pendidikan,
kesempatan maupun waktu yang di sediakan untuk belajar.
Prinsip kemandirian dalam pendidikan terbuka
dan jarak jauh diwujudkan dengan adanya kurikulum atau program pendidikan yang
memungkinkan untuk dipelajari secara mandiri, beajar perorangan maupun dalam
kelompok sebaya, dengan sesedikit mungkin bantuan dari guru atau lembaga
kependidikan yang lain.
Prinsip keluwesan diwujudkan dengan
dimungkinkannya peserta didik/warga belajar untuk memulai, mengakses sumber
belajar, mengatur jadwal dan kegiatan
belajar, mengikuti ujian atau penilaian kemajuan belajar, dan mengakhiri
pendidikannya diluar ketentuan batasan waktu dan tahun ajaran. Termasuk dalam
prinsip keluwesan ini adalah kemungkinan peserta didik/warga belajar untuk berpindah jalur dari pendidikan formal
ke jalur non formal atau sebaliknya.
Prinsip keterkinian diwujudkan dari
ketersediaan program pembelajaran dan sumber belajar pada saat diperlukan. Hal
ini berbeda dengan sistem pendidikan dan pelatihan konvensional yang program
atau kurikulumnya termasuk buku-buku yang tersedia, dirancang untuk mengantisipasi
keperluan di masa mendatang. Tersedianya komunikasi dan informasi sangat
mendukung prinsip ini. Kecepatan untuk memperoleh informasi yang terbaru
melalui teknologi ini merupakan suatu peluang untuk dapat bertahan dan
berkembang dalam persaingan bebas.
Prinsip kesesuaian diwujudkan dengan adanya
program belajar yang terkait langsung dengan kebutuhan pribadi maupun tuntutan
lapangan kerja atau kemajuan masyarakat. Pelajaran tersebut bobotnya harus
setara dengan jenjang kompetisi yang diperlukan, namun disajikan dengan cara
sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari
orang lain.
Prinsip mobilitas diwujudkan dengan adanya
kesempatan untuk berpindah lokasi, jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang
setara atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi setelah memenuhi
persyaratan kompetensi yang diperlukan. Peserta didik yang mengikuti migrasi
keluarganya perlu memperoleh kesempatan untuk mengikuti pendidikan di tempat
barunya tanpa persyaratan akademik dan non-akademik yang memberatkan.
Prinsip efisiensi diwujudkan dangan
pendayagunaan berbagai macam sumberdaya dan teknologi yang tersedia setempat
dengan seoptimal mungkin. Dalam proses pembelajaran dengan sistem terbuka dan
jarak jauh, sumber daya manusia yang tersedia setempat dapat terdiri dari
narasumber, yang mempunyai kemampuan tertentu seperti misalnya pemuka agama
untuk membimbing dan membina pelajaran agama yang bersangkutan. Sumber daya
buatan meliputi siaran radio, konten internet, buku serta museum dan sebagainya.
D.
Pemberdayaan Lembaga Pendidikan
Sistem pendidikan terbuka untuk sekolah dasar
dengan memberdayakan lembaga masyarakat seperti yang dilakukan dalam model
PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orangtua, dan Guru) model ini
menunjukan efisiensi yang tinggi karena dengan bantuan orang tua peserta didik
dan anggota masyarakat secara sukarela seorang guru dapat membina 60 siswa
sekaligus. Sistem pendidikan terbuka model SLTP Terbuka dengan memberdayakan
sekolah induk dan masyarakat sekitarnya terbukti efisien karena responsif
terhadap kebutuhan, anggaran yang terkendali, pemanfaatan sumberdaya yang
tersedia, organisasi penyelenggara, yang dipilih secara menyebar, pembagian
beban kerja yang seimbang, dan pelaksanaan kebijakan yang kohern.
Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh dengan
jaringan yang memusat, agar menjadi efisien secara ekonomi, pelaksanaannya
harus secara massal baik dalam aspek
jumlah sasaran peserta didik maupun dalam proses produksi media belajar
dan media operasional. Dalam konteks ekonomisasi sistem pendidikan terbuka dan
jarak jauh, tantangan utama bagi pengelola program adalah menciptakan berbagai
program pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat dan dengan meningkatkan
partisipasi masyarakat sehingga pendidikan tersebut mempunyai daya guna dan
hasil guna yang tinggi.
3.
Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh sebenarnya bukan
merupakan sesuatu yang baru bagi Indonesia. Hal yang baru adalah perhatian yang
semakin besar terhadap sistem pendidikan itu sebagai suatu alternatif potensial
dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sistem pendidikan
terbuka memungkinkan perolehan pendidikan yang sesuai hakikat manusia, yaitu
meliputi di antaranya minat, kebutuhan, dan kemampuan masing-masing individu.
A.
Landasan Perkembangan
Landasan perkembangan pendidikan terbuka dan
jarak jauh, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Landasan Ontologis
Landasan ontologis sistem ini adalah
serangkaian posultat sebagai berikut:
bahwa pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan yang berbeda, mempunyai
kemampuan untuk mengembangkan diri secara berbeda pula, mempu berkembang sesuai
dengan potensi genetika dan lingkungannya, serta mempunyai keluwesan untuk
mengubah dan membentuk kepribadiannya.
2.
Landasan Epistemologis
Landasan epistemologis pendidikan terbuka
atau jawaban tentang bagaimana sistem pendidikan ini dapat diselenggarakan,
adalah dengan memberdayakan lembaga masyarakat, termasuk keluarga, untuk
mengembangkan, memilih, dan atau memperoleh pendidikan yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan mereka dengan mendayagunakan sumber yang tersedia secara
optimal.
3.
Pertimbangan Aksiologis
Pertimbangan aksiologis atau asas manfaat
pendidikan terbuka dan jarak jauh pertama-tama ditujukan kepada peserta didik,
yaitu agar mereka dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan mereka. Bagi lembaga penyelenggara maupun masyarakat, pendidikan
terbuka dan jarak jauh juga membawa manfaat, seperti:
·
Dapat dipercepatnya usaha memenuhi kebutuhan
masyarakat dan pasaran kerja;
·
Dapat menarik minat calon peserta yang
banyak;
·
Tidak terganggunya kegiatan kehidupan
sehari-hari karena pola dan jadwal pembelajaran yang luwes;
·
Harapan akan meningkatnya kerja sama dan
dukungan pengguna lulusan.
B.
Awal Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Berikut adalah perkembangan pendidikan
terbuka dan jarak jauh di Indonesia:
·
Pesantren
Pendidikan pesantren merupakan bentuk pendidikan terbuka
tertua yang sampai sekarang masih dilaksanakan. Pendidikan pesantren ini
dimulai pada abad ke-15. Pendidikan ini bertujuan untuk menanamkan loyalitas
kepada Islam. Pola pendidikan pesantren ini tidak dikenal adanya “ijazah”, yang
menyatakan murid lulus atau tidaknya adalah pengakuan dari seorang Kyai
(Zamakhsyari Dofier, 1994).
·
Taman Siswa
Pendidikan Taman Siswa pada awalnya dapat dikategorikan
sebagai pendidikan terbuka, karena misinya sebagai lembaga perjuangan menentang
penjajahan dalam segala bentuknya. Ki Hajar Dewantara (1889-1959) mengembangkan
Taman Siswa dengan asas perjuangan, meliputi:
1. Adanya hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri;
2. Pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia yang
merdeka batin, pikiran, dan tenaga;
3. Pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan
pikiran, karena hal itu dapat memisahkan orang terpelajar dengan rakyat;
4. Berkehendak untuk mengusahakan kekuatan diri sendiri.
Sistem pendidikan Taman Siswa dilakukan dengan sistem
among, yaitu berdasarkan kodrat hidup anak dan kemerdekaan, dengan pedoman tut wuri handayani, ing ngarsa sung tulada,
ing madya mangun karsa.
·
Kayutanam
Mohammad Syafei (1896-1969) mengembangkan dan menerapkan
gagasan pendidikannya di Kayutanam dengan dasar:
1. Berpikir secara logis dan rasional dan meninggalkan cara
berpikir mistik dan tahayul;
2. Kebutuhan masyarakat;
3. Kegunaan hasil pendidikan untuk kemajuan masyarakat;
4. Tertanamnya rasa percaya diri dan berani bertanggung
jawab.
Sekolah Kayutanam ini memiliki 2 jenjang,
yaitu atas dan bawah. Di mana setiap jenjangnya tidak hanya dibekali
pengetahuan, tetapi juga praktik. Bahan pelajaran sekolah ini diambil dari
budaya bangsa Indonesia. Ciri khas pendidikan ini sama halnya dengan pendidikan
pesantren, yaitu tidak memiliki ijazah, melainkan pengakuan dari masyarakat
(Wasty Soemanto & Soeyarno, 1983: 73-6).
·
Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG)
Pada tahun 1950, pemerintah membentuk lembaga BKTPG atau
yang lebih dikenal sekarang Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis yang
bertugas untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, dengan menyediakan
berbagai macam paket belajar tertulis dalam bidang kependidikan. Kemudian pada
tahun 1952 diselenggarakan pendidikan melalui radio oleh Djawatan Pendidikan
Masyarakat untuk keperluan eks pelajar pejuang, program ini didukung oleh RRI
dan AURI.
·
Periode PELITA I
Dalam periode PELITA I digariskan kebijakan dalam GBHN
untuk digunakannya siaran radio dan televisi untuk meningkatkan dan memeratakan
mutu pendidikan. Menjelang akhir PELITA I pemerintah menerapkan satu kebijakan
berani, yaitu membangun sistem komunikasi dengan satelit domestik. Sistem ini
dikenal dengan SKSD Palapa (Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa).
Berdasarkan hasil pengkajian dan uji coba diputuskan kemudian perlunya
dilakukan serangkaian kegiatan secara simultan, yaitu:
1. Penataran dan pengembangan pendidikan guru melalui sistem
pembelajaran jarak jauh;
2. Pengembangan program pendidikan luar sekolah melalui
media massa dalam rangka pendidikan sepanjang hayat;
3. Mengembangkan tenaga terampil dan profesional dalam
bidang teknologi pendidikan;
4. Mengembangkan program teknologi komunikasi di perguruan
tinggi;
5. Mengembangkan proyek percontohan penyajian pendidikan
dengan penggunaan media massa.
·
Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orangtua, dan Guru
(PAMONG)
Pada tahun 1972 dalam rangka kerjasama SEAMO INNOTECH
Centre diselenggarakan suatu model pendidikan dasar yang disebut Pendidikan
Anak oleh Masyarakat, Orangtua, dan Guru (PAMONG).
Program belajar-pembelajaran dilaksanakan dengan prinsip
berikut:
1. Belajar mandiri dengan menggunakan bahan belajar
terprogram yang disebut modul;
2. Belajar kelompok sebaya dengan bantuan kakak kelas yang
telah menguasai pelajaran yang bersangkutan;
3. Kompetisi untuk berprestasi dengan tersedianya daftar
kemajuan belajar penguasaan atas modul yang diisi sendiri dan diketahui semua
siswa;
4. Fungsi guru sebagai pengelola kegiatan belajar yang
membantu mengatasi masalah yang tidak terpecahkan oleh siswa itu sendiri;
5. Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar;
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat antara lain dengan
melibatkan warga masyarakat sebagai narasumber.
·
KEJAR Paket A
Pada tahun 1974, Direktorat Pendidikan Masyarakat pada
Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga, mulai mengembangkan
paket belajar pendidikan dasar bagi orang dewasa. Paket ini disebut Kejar Paket
A (yang kemudian disambung dengan Paket B), istilah KEJAR merupakan akronim
dari Kalompok Belajar atau Bekerja dan Belajar, yang dapat pula diartikan
sebagai upaya “mengejar” ketinggalan. Materi pelajarannya diambil dari
lingkungan. Maksud dikembangannya KEJAR Paket A adalah untuk mempersiapkan
warga negara agar dapat berpartisipasi aktif dan positif dalam masyarakat
(Napitupulu, 1979: 6).
·
Siaran Radio
Siaran radio untuk penataran guru SD diresmikan oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1974 meliputi 11 provinsi yang
padat penduduk dan yang sistem transportasinya sulit. Keputusan ini diambil
setelah uji coba di 3 provinsi (Jogjakarta, Jawa Tengah, dan Irian Jaya)
dinilai berhasil.
·
SLTP Terbuka
Perintisan SMP Terbuka (sekarang SLTP Terbuka) mulai
dilaksanakan pada tahun 1979 di 5 lokasi, yaitu Kalianda (Lampung Selatan),
Plumbon (Cirebon), Adiwerna (Tegal), Kalisat (Jember), dan Tarara (Lombok
Barat). Model sekolah terbuka ini dikembangkan berdasarkan landasan falsafah,
teori, dan prinsip. Evaluasi komprehensif yang diselenggarakan pada tahun 1992
menunjukkan bahwa sistem SLTP terbuka memenuhi indikator kualitatif, meliputi
fleksibilitas, kelayakan, efisiensi, dan efektivitas (Kartasurya, 1992).
C.
Profil Perkembangan
Perkembangan TIK mulai dipicu sejak
dioperasikannya SKSD Palapa pada tahun 1976. Kemudian sistem komunikasi
domestik tersebut dipacu lebih lanjut dengan diresmikannya program
“Nusantara-21” (N-21) oleh Presiden RI pada tanggal 27 Desember 1996.
Penggunaan teknologi komunikasi dan
informatika (telematika) untuk kepentingan pendidikan telah dilakukan oleh
berbagai lembaga pendidikan. Dalam lingkup persekolahan telah didirikan Yayasan
Sekolah 2000 pada tahun 1999 dengan misi untuk memperkenalkan internet kepada
para siswa dan guru di seluruh Indonesia. Pemrakarsa situs tersebut adalah
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Di lingkungan pendidikan tinggi, UI dan ITB
memanfaatkan jaringan telematika untuk keperluan penelitian dan pembelajaran.
Universitas Bina Nusantara dan PETRA bahkan telah memanfaatkan jaringan
telematika untuk berbagai proses belajar dan pembelajaran, termasuk penyajian
bahan belajar, bimbingan tutorial, manajemen pembelajaran, dan penilaian hasil
belajar. Lembaga pendidikan lanjut seperti Pusat Pengembangan Manajemen (PPM)
dan Institut Bankir Indonesia (IBI) telah pula menyelenggarakan pendidikan
profesi lanjut dengan belajar jarak jauh.
Sejak tahun 1944 di Indonesia telah didirikan
Indonesian Distance Learning Network (IDLN) yang berkedudukan di
Pustekkom-Diknas, dengan misi untuk mengoordinasikan segala aspek pengembangan
sistem belajar jarak jauh. Dalam lingkup wilayah regional, Indonesia telah
dipercaya untuk mengoordinasikan pengembangan dan penyebaran sistem pendidikan
terbuka dan jarak jauh.
Perkembangan TIK telah memungkinkan berbagai
pilihan pemanfaatan. Pilihan tersebut meliputi, e-library, e-mail, ensiklopedia
online, pembelajaran multimedia interaktif, compact disc, sistem distribusi
bahan secara elektronik, tele-edukasi dan latihan jarak jauh, pengelolaan
sistem informasi dalam jaringan, dan video teleconference.
Pelajaran yang dapat kita tarik dari beberapa
kasus yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa pendidikan terbuka dan jarak jauh
di Indonesia cukup mempunyai akar budaya di Indonesia, di samping memiliki
wawasan yang bersifat global.
4. Paradigma Pengembangan Sistem Pendidikan Terbuka dan
Jarak Jauh
Komponen
pengembangan yang perlu mendapat perhatian khusus mencakup:
A.
Visi, Misi dan
Tujuan
Visi
pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah terwujudnya pranata sosial yang
memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pendidikan pada semua jenis, jalur,
dan jenjang secara mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan
program pembelajaran yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan
karakteristiknya.
Misi melalui
setiap lembaga pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah :
·
Menyediakan
berbagai pola, modus, dan cakupan pendidikan terbuka dan jarak jauh untuk
melayani kebutuhan masyarakat;
·
Mengembangkan
dan mendorong terjadinya inovasi berbagai proses belajar-pembelajaran dengan
aneka sumber belajar;
·
Mengembangkan
mekanisme dan pengendalian mutu pendidikan yang diselenggarakan pada tingkat
pendidikan dasar, menengah dan tinggi, serta pada pendidikan jalur luar
sekolah.
Tujuan
pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
melalui penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh semua jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan.
B.
Pola, Modus, dan
Cakupan
Pendidikan
terbuka dan jarak jauh diselenggarakan dengan pola pembelajaran yang pada
dasarnya mengandalkan tersedianya aneka sumber. Pola pembelajaran ini mencakup
pola pembelajaran melalui korespondensi, bahan cetak, radio, audio/video, TV,
Computer Assisted Instruction (CAI), dan atau multimedia melalui jaringan
komputer.
Dari
segi modus penyelenggaraannya, pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat
dibedakan dalam beberapa pola :
·
Penyelenggaraan
pendidikan terbuka dan jarak jauh secara modus tunggal, adalah jika pelayanan
pendidikan kepada peserta didik dilaksanakan sepenuhnya melalui satu cara saja.
·
Penyelenggaraan
pendidikan terbuka dan jarak jauh secara modus ganda, adalah jika layanan
pendidikan kepada peserta didik dilaksanakan melalui tatap muka langsung, baik
melalui media satu arah maupun dua arah.
·
Penyelenggaraan
pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam bentuk jaringan, adalah jika layanan
pendidikan kepada peserta dduk dilaksanakan melalui kolaborasi antarlembaga
pendidikan. Melalui kolaborasi tersebut, pengelola program pendidikan pendidikan
terbuka dan jarak jauh tidak perlu memiliki fasilitas dan SDM sendiri tapi justru
dapat melakukan spesialisasi pelayanan kepada peserta didik.
·
Penyelenggaraan
pendidikan terbuka dan jarak jauh, disebut pula sebagai belajar bebasis
beraneka sumber. Penyelenggaraan modus ini juga dapat dipandang sebagai
penggabungan dari tiga modus lainnya.
Dilihat
dari aspek cakupan, sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat berupa
penyelenggaraan pendidikan untuk beberapa mata pelajaran, program studi, dan
satu kesatuan program pendidikan secara penuh menurut jenjang dan jenis dalam
sistem pendidikan nasional.
Lembaga
pendidikan terbuka dan jarak jauh yang menyelenggarakan pendidikan secara dual mode mempunyai cakupan untuk
beberapa mata pelajaran/program studi. Sedangkan, lembaga pendidikan terbuka
dan jarak jauh penyelenggaraan pendidikan secara single mode menawarkan semua program pendidikan dalam tatanan
satuan kelembagaan pendidikan jalur sekolah atau luar sekolah, pada jenjang
pendidikan dasar, menengah dan tinggi, dengan jenis pendidikan umum, kejuruaan,
dan keagamaan. Cakupan program pendidikan terbuka dan jarak jauh berbasis jaringan terbatas pada beberapa
mata kuliah dan program pendidikan sesuai spesialisasi dari masing-masing
lembaga pendidikan yang menjadi anggota konsorsium.
C.
Sistem
Operasional: Peserta Didik, Sumber Belajar, Dukungan Pelayan, danPenilaian
Dalam
sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh terdapat empat komponen sistem
oprasional yang berbeda baik dalam penyelengaraan maupun fungsinya dibandingkan
sistem pendidikan tatap muka.
·
Peserta
Didik, setiap peserta didik bebas menentukan sendiri kapan ia akan mulai
belajar, bagaimana cara ia akan belajar, dengan siapa ia akan memperoleh
pelajaran, dsb.
·
Sumber
Belajar, pengembangan sumber belajar harus dilakukan dengan mengetahui
karakteristik umum peserta didik, dengan menganalisis sumber apa yang
diperlukan dan yang telah tersedia dengan mempertimbangkan skala ekonomis.
·
Dukungan
Pelayanan, adanya orang atau organisasi yang membantu peserta didik untuk
memperoleh kemudahan dalam melaksanakan kegiata belajar dan kegiatan akademik
lain.
·
Penilaian,
Dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh penilaian seharusnya didasarkan
pada teori belajar konstruktivis yang menyatakan bahwa seharusnya seseorang
(umumnya orang dewasa) mampu menciptaan pengetahuannya snediri berdasarkan
pengalaman dan kemampuan belajarnya. Prinsip penilaian berbasis pengalaman
sudah seharusnya dikembangkan dan digunakan dalam sistem pendidikan terbuka dan
jarak jauh.
D.
Manajemen Mutu
dan Akreditasi
Manajemen
mutu diarahkan pada pengendalian mutu tamatan agar memenuhi standar kompetensi
yang diterapkan secara nasional, sedangkan akreditasi diarahkan pada penjaminan
mutu pelayanan pendidikan.
Manajemen
mutu mencakup penentuan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran, dan struktur program kurikulum. Kompetensi lulusan dicapai
melalui proses pembelajaran dalam bentuk penguasaan kompetensi bahan kajian
yang setara dengan jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang bersangkutan.
Kompetensi bahan kajian memuat standarkemapuan dasar yang harus dikuasai
peserta didik yang ditentukan sebagai persyaratan penguasaan kompetensi
tertentu. Kompetensi mata pelajaran memuat ketentuan tentang standar kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang harus dikuasi oleh
peserta didik. Penyusunan kompetensi mata pelajaran dibuat dengan tingkat
kedalaman yang berbeda dilaksanakan sebagai komponen dari kurikulum pendidikan
yang berdiversifikasi.
Aspek
lain yang perlu diperhatikan adalah akreditasi terhadap kelayakan program
pendidikan atau satuan kelembagaan pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kelayakan
program dinilai dari struktur program dan kurikulum, jumlah dan kualifikasi
pendidikan tenaga pengajar dan staf administrasi, penyediaan sarana pendukung
belajar pelayanan bantuan belajar dan tutorial, dan penyelenggaraan ujian.
Sementara kelayakan lembaga dinilai berdasaran kemampuannya dalam mengelola dan
menyelenggarakan pelayanan pendidikan berdasarkan standar pelayanan minimal
pendidikan dan manajemen berbasis sekolah.
5. Penyelenggaraan Pendidikan Terbuka
& Jarak Jauh
Pendidikan
terbuka dan jarak jauh merupakan komponen dari sistem pendidikan nasional yang
dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis. Dengan memerhatikan
keberadaan pendidikan terbuka dan jarak jauh yang telah bertumbuh-kembang di
masyarakat sesuai jalur, jenjang dan jenisnya. Penyelenggaraannya perlu
mendapatkan pengaturan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
pada Pendidikan dasar, Pendidikan menengah, Pendidikan tinggi, Pendidikan luar
sekolah, Pendidikan kedinasan, Pendidikan keagamaan, dan Pendidikan
berkelanjutan.
A.
Pendidikan
Dasar
Pendidikan
dasar bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kapasitas belajar peserta
didik, yang antara lain meliputi rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan
berkomunikasi, dan kesadaran diri. Selain itu, pendidikan dasar perlu
dioptimalkan untuk mengembangkan kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung,
dan bernalar serta keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat.
Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tingkat pendidikan dasar
harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan dan tingkat perkembangan peserta
didik. Salah satu aspeknya yang perlu diperhatikan adalah pentingnya program
pembimbingan dan pembinaan mengingat perkembangan kematangan anak yang masih
dalam periode pembentukan awal, hal ini juga merupakan usaha sosialisasi dalam
konteks belajar mandiri.
B.
Pendidikan
Menengah
Pendidikan
menengah diselenggarakan sebagai kelanjutan dari pendidikan dasar, yang
berfungsi untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan berinteraksi secara produktif dengan lingkungan sosial,
budaya, den alam sekitar dan atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan menengah terdiri atas sekolah menengah tingkat pertama dan sekolah
menengah tingkat atas.sekolah menengah tingkat atas terdiri atas sekolah
menengah umum dan sekolah kejuruan. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan
jarak jauh pada tingkat pendidikan menengah selain harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan peserta didik memasuku masa remaja, juga perlu
diorientasikan pada pendidikan untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi dan memasuki dunia kerja.
C.
Pendidikan
Tinggi
Pendidikan
tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang menekankan
pada pengembangan kemampuan akademik idan keterampilan profesional sebagai
bekal untuk memasuki dunia kerja. Penyelenggraan pendidikan terbuka dan jarak
jauh pada tingkat pendidikan tinggi selain harus memerhatikan karakteristik
program studi dan peserta didik juga mengacu pada pelaksanaan tridharma
perguruan tinggi, termasuk di dalamnya mengikuti perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Lebih jauh lagi pendidikan terbuka dan jarak jauh
pada tingkat pendidikan tinggi sepenuhnya harus mencerminkan kemandirian
peserta didik dalam proses pembelajaran yang mengarah pada pembentukan
kepribadian dan sikap hidup yang mandiri.
D.
Pendidikan
Luar Sekolah
Pendidikan
luar sekolah menekankan pemberian pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat
yang tidak dapat dilayani kebutuhan pendidikannya melalui jalur sekolah karena
berbagai kendala, seperti kendala finansial, waktu, jarak, usia, dan
kesempatan. Penyelanggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada jalur luar
sekolah ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan
dan keprofesian peserta didik sesuai kebutuhan termasuk untuk menyiapkan peserta
didik untuk siap memasuki dunia kerja. Pendidikan luar sekolah diselenggarakan
dalam satuan pendidikan luar sekolah, yang dapat terdiri atas kelompok belajar,
kursus, penitipan anak, kelompok bermain, dan satuan pendidikan yang sejenis.
E.
Pendidikan
Kedinasan
Pendidikan
kedinasan menekankan pada peningkatan kemampuan dalam pelaksanaan tugas
kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu departemen atau lembaga
pemerintah nondepartemen. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh
pada pendidikan kedinasan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan,
mengembangkan keterampilan dan keprofesian, dan memperluas wawasan sesuai
dengan tuntutan perkembangan kebijakan dan kebutuhan pembangunan, tanpa harus
meninggalkan tempat kerjanya.
F.
Pendidikan
Keagamaan
Pendidikan
keagamaan menekankan pada pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan bagi
anggota masyarakat termasuk peserta didik. Penyelenggaraan pendidikan terbuka
dan jarak jauh pada pendidikan keagamaan ditujukan untuk memperluas dan
memperkuat pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan bagi semua warga
masyarakat. Selain itu, pendidikan keagamaan tidak hanya sekadar berisikan
kaidah-kaidah agama, melainkan juga norma kehidupan beragama, seperti salng
menghargai, saling menyayangi, dan sebagainya, yang dapat ditampilkan dalam
berbagai bentuk penyajian yang bervariasi.
G.
Pendidikan
Berkelanjutan
Pendidikan
berkelanjutan (continuing education) menekankan pada pemberian kesempatan
kepada warga belajar dewasa untuk mengikuti perkembangan yang terjadi dalam
lingkungannya. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada
pendidikan berkelanjutan dapat dilakukan secra terencana maupun dimanfaatkan
tanpa rencana untuk menambah pengetahuan, memperluas wawasan, meningkatkan
kemampuan dan profesionalisme mereka baik untuk memenuhi kebutuhan pribadi,
lingkungan kerja maupun masyarakat.
Penyelenggaraan pendidikan terbuka
dan jarak jauh dalam berbagai jenjang, jalur dan jenis pendidikan ini mempunyai
prospek yang cerah, dalam rangka memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk
mengembangkan potensi dirinya secara optimal serta untuk mengikuti perkembangan
global, tanpa harus mengutamakan adanya pengakuan berupa ijazah atau serifikat
yang selama ini masih sering digunakan sebagai ukuran untuk menilai kemampuan seseorang.
6.
Beberapa Jenis Tutorial dan Kelemahannya
A.
Tuorial Tatap Muka
Siswa dan guru atau tutor bertemu
secara berkala untuk memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan kesulitan
yang dihadapi siswa.
Kekurangan yang ada dalam tutorial
semacam ini:
·
Tutorial
tidak dapat dilakuakan terlalu sering. Makin sering dilakukan makin mahal
biayanya.
·
Tutorial
seperti ini biasanya bukan merupakan keharusan.
B.
Tutorial melalui telepon dan surat
Tutorial jenis ini tidak banyak
dimanfaatkan siswa, pada hal biayanya relatif murah dan mudah melakukannya.
Kendalanya mungkin tidak semua siswa mempunyai telepon, atau sungkan untuk
menanyakan pelajaran kepada guru melalui telepon atau surat. Di samping itu
tutorial melalui surat jawabannya seringkali datangnya sangat lambat.
C.
Tutorial melalui konferensi audio atau video
Tutorial ini jarang digunakan karena
biaya relatif mahal.
7. Model atau Istilah dalam Sistem
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
A.
Sekolah Korespondensi
UNESCO memberi batasan Sekolah Korespondensi sebagai berikut:
“Pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan jasa pos tanpa adanya
pertemuan tatap muka antara guru dan siswa”. Pengajaran dilakukan melalui bahan
belajar dalam bentuk cetakan atau rekaman kaset suara yang dikirimkan kepada
siswa melalui pos. Kemajuan belajar siswa dimonitor dengan menggunakan latihan
atau tugas-tugas tertulis atau latihan yang direkam dalam kaset. Siswa
mengerjakan latihan itu menggunakan tulisan atau rekaman kaset juga yang
dikirimkan kepada guru yang ada di Pusat Lembaga pendidikan terbuka dan jarak
jauh. Guru memeriksa pekerjaan siswa dengan memberi komentar dan saran-saran
secara tertulis atau melalui rekaman kaset. Hasil koreksi itu dikirimkan
kembali kepada siswa.
B. Pendidikan Terbuka
Pendidikan Terbuka ini mempunyai karakteristik umum yang sama dengan
belajar terbuka/jarak jauh. Siswa Pendidikan Terbuka dapat belajar dari jauh,
maksudnya belajar jauh atau terpisah dari guru atau dosen dan mungkin juga jauh
dari lembaga penyelenggaranya. Sebagai contoh, beribu-ribu mahasiswa
Universitas Terbuka menghabiskan sebagian waktu belajarnya untuk belajar
sendiri di tempat mereka masing-masing. Mereka menghadiri pelajaran secara
tatap muka dengan dosen atau tutor hanya dalam waktu-waktu tertentu saja.
C. Distance
Teaching, Distance Learning, dan Distance Education
Keegan (1986) membedakan ketiga istilah tersebut sebagai berikut:
Distance Teaching berusaha mengembangkan bahan
belajar mandiri yang bermutu yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan untuk
memberikan pelajaran dari jauh.
Sebaliknya Distance
Learning lebih banyak menekankan pada proses belajar siswa.
Orang yang menggunakan istilah ini banyak memikirkan mengenai bantuan-bantuan
yang perlu diberikan kepada siswa supaya mereka belajar dan dapat memahami isi
pelajarannya.
Istilah Distance Education merupakan
perpaduan istilah Distance
Teachingdan Distance
Learning tersebut. Dalam sistem Distance Education siswa belajar secara terpisah dari guru,
karena itu bahan belajar yang digunakan harus disusun secara khusus supaya
relatif lebih mudah untuk dipelajari siswa sendiri. Bahan belajar ini tidak
cukup hanya dikembangkan oleh ahli isi pelajaran sendiri saja, melainkan
perlu melibatkan ahli pengembang pembelajaran, ahli media, dsb dalam penyusunannya.
D. External
Study, Home Study dan Independent Study
Istilah External Studies mengandung arti “di luar” tetapi “tidak
terpisah” dari tanggung jawab staf dosen dari suatu universitas atau perguruan
tinggi. Jelasnya staf dosen yang sama mempunyai dua kelompok siswa yang
berbeda. Kelompok pertama disebut kelompok “on campus” adalah kelompok siswa yang belajar di kampus seperti
laiknya mahasiswa yang belajar di universitas. Kelompok kedua disebut kelompok
“external” atau “off campus”. Kelompok yang kedua
ini tidak harus mengikuti kuliah di kampus tetapi belajar sendiri di luar
kampus.
Istilah Home Study ini hanya mengacu pada pendidikan lanjutan
untuk orang dewasa. Home Study bukan
bagian dari universitas, melainkan sekolah korespondensi untuk orang-orang
dewasa di Amerika Serikat. Dalam sistem ini siswa tidak harus belajar di
sekolah atau di pusat pendidikan dan pelatihan. Biasanya sebagian bahan belajar
dipelajari di rumah, sebagian yang lain dipelajari di Pusat-pusat Sumber
Belajar, di perpustakaan, di pusat-pusat pelatihan, dsb.
Independent Study, istilah ini diperkenalkan oleh Charles Wedemeyer dari
Universitas Wiscounsin sebagai istilah umum untuk jenis-jenis pendidikan yang
di Amerika Serikat biasa disebut sebagai “belajar melalui korespondensi,
pendidikan terbuka, pengajaran melalui radio dan TV, atau belajar mandiri.”
Kesimpulan
Pendidikan
terbuka dan jarak jauh pada dasarnyaadalah rancangan suatu sistem pendidikan yang
diselenggarakan untuk mengembangkan, memilih, danmemperoleh pendidikan yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik dengan mendayagunakan sumber
yang tersedia secara optrimal. Selain itu, juga merupakan suatu sistem yang
sengaja dan sadar dirancang untuk berbagai keperluan yang belum bisa terpenuhi
oleh pendidikan regular.Kemudianseiring dengan perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi yang terus maju dapat memberikan dampak yang baik terhadap sistem pendidikan ini sebagai
suatu alternatif yang berpotensi dalam pembangunan pendidikan di era
globalisasi.
Makasesuai
dengan karakteristiknya sebagai pendidikan yang bertumpu pada prinsip
pendidikan sepanjang hayat, kebebasan, kemandirian,
keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobilitas dan efisiensi, merupakan sebuah kemudahan
bagi mereka peserta pendidikan terbuka dan jarak jauh untuk dapat memilih
program pendidikan yang diminatinya dan yang memberinya kesempatan untuk
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya seoptimal mungkin. Sehingga kemajuan juga kemudahanyang dihadirkan pada sistem pendidikan inidapatmemberi manfaat dan pengetahuan yang sesuai dengan harapan, serta agar
pada akhirnya pendidikan tersebut dapat mempunyai daya guna dan hasil guna yang
tinggi. (Sumber Kel FIX PTP TP'12)
Ida Ayu Komang A. (NIM : 1215121096)
0 komentar:
Posting Komentar