Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

RSS
Tampilkan postingan dengan label PTP - Pengantar Teknologi Pendidikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PTP - Pengantar Teknologi Pendidikan. Tampilkan semua postingan

Prospek dan Tantangan Teknologi Pendidikan di Era Globalisasi


Pengantar Teknologi Pendidikan (PTP)
Prospek dan Tantangan Teknologi Pendidikan di Era Globalisasi
Dosen : Prof. Yusufhadi
UNJ - FIP - TP '12

Prospek dan Tantangan Teknologi Pendidikan di Era Globalisasi

Pengertian Prospek dan Tantangan Pendidikan di Era Globalisasi
  • Menurut kamus besar Indonesia prospek adalah harapan atau kemungkinan. Sedangkan teknologi pendidikan adalah merupakan media pendidikan, yaitu hasil teknologi sebagai alat bantu dalam pendidikan agar berhasil,berguna, efisien dan efektif. Untuk menganalisis masalah, mencari problem solving, melaksanakan evaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia. Tantangan adalah sebuah bentuk permasalahan atau probelmatika yang harus dihadapi dimasa depan.
  • Jadi, prospek dan tantangan teknologi pendidikan adalah suatu bentuk harapan dan juga probelmatika atau kendala yang dihadapi oleh teknologi pendidikan sebagai alat bantu dalam pemecahan masalah didunia pendidikan dalam era globalisasi.    
Prospek Dan Tantangan Di Era Globalisasi
  • Prospek dari teknologi pendidikan sejarah ini yaitu Teknologi pendidikan berusaha memecahkan dan atau memfasilitasi pemecahan masalah belajar pada manusia sepanjang hayat dimana saja kapan saja dengan cara apa saja dan oleh siapa saja. Menurut Ferdinand Brandel prospek.dari teknologi pendidikan adalah sebagai perbaikan proses serta sarana yang memungkinkan suatu generasi yang menggunakan pengetahuan generasi sebelumnya. Sedangkan menurut AECT ( Association  For Educational and Tecnology ) menyebutkan bahwa prospek dari pada teknologi pendidikan itu mencangkup dua hal yang mendasar, yang antara lain :               

•  Untuk menganalisis masalah mencari, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.       
•  Membentuk, menjembati dan mengatasi persoalan-persoalan pendidikan.
Perkembangan konsep Teknologi Pendidikan
  • Masih banyak yang terjadi kerancuan yang menganggap bahwa ciri utama teknologi pendidikan adalah adanya peralatan / sarana canggih dalam proses pendidikan. Teknologi pendidikan berbeda dengan “Teknologi dalam pendidikan”.Teknologi dalam pendidikan memang menuntut adanya sarana dalam kegiatan lembaga pendidikan. Teknologi pendidikan tidak menuntut adanya sarana tersebut, melainkan menekan pada adanya proses untuk memperoleh nilai tambah.
  • Pengertian teknologi (semua teknologi termasuk teknologi pendidikan) secara umum adalah:
  • Proses yang meningkatkan nilai tambah
  • Produk yang digunakan dan atau dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja;
  • Struktur atau system dimana proses dan produk itu dikembangkan dan digunakan.

Penerapan Teknologi Pendidikan
• Beberapa bentuk penerapan teknologi pembelajaran secara menyeluruh, yaitu yang meliputi semua komponen dan karena itu merupakan sistem dapat dicontohkan sebagai berikut :           
• Proyek percontohan sistem PAMONG ( Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru ) di Kabupaten Karanganyar, Surakarta pada tahun 1974, dan disebarkan di Kabupaten Malang dan Gianyar pada tahun 1978.   
•  Pemasyarakatan P4 melalui permainan yang di ujicobakan di kabupaten Batu Malang.
• Proyek Pendidikan Melalui Satelit ( Rular Satelit Project ) di perguruan tinggi wilayah Indonesia bagian Timur ( BKSPT INTIM )
•  Program pedidikan karakter melalui serial televisi (pendidikan) pertama (dan terakhir).
 •  Program KEJAR Paket A dan B.            
•  Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM )  
•  SLTP Terbuka.              
•  Univesitas Terbuka.  
•  Sistem Belajar Jarak Jauh yang diselenggarakan oleh berbagai lembaga pendidikan dan pelatihan
•  Jaringan sistem belajar jarak jauh (Indonesian Distance Learning Network = IDLN) dan SEAMOLEC (SEAMEO Open Learning Center) yang berkedudukan di Puskkom Diknas.

Profesi teknologi pendidikan
  • Mereka yang berprofesi atau bergerak dalam bidang teknologi pendidikan atau singkatnya disebut teknolog pendidikan harus mempunyai komitmen dalam melaksanakan tugas profesionalnya yang utama yaitu terselenggaranya proses belajar bagi setiap orang, dengan dikembangkan dan digunakannya berbagai sumber belajar selaran dengan karakteristik masing masing pembelajar (learners) serta perkembangan lingkungan.
  • Profesi ini bukan profesi yang netral dan bebas nilai.Ia merupakan profesi yang memihak kepada kepentingan pembelajar agar mereka memperoleh kesempatan untuk belajar, agar potensi dirinya dapat berkembang semaksimal mungkin. Profesi ini juga tidak bebas nilai karena masih banyak pertimbangan lain seperti social, budaya, ekonomi, dan rekayasa yang memengaruhi, sehingga tindakannya harus selalu selaras dengan situasi dan kondisi serta berwawasan kemasa depan.

Solusi Terkait Prospek Dan Tantangan Teknologi Pendidikan Di Era Global
Beberapa hal yang bisa kita lakukan terkait dengan masalah diatas adalah sebagai berikut
• Adanya pergeseran  nilai masyarakat yang dikarenakan perubahan sosial yang semakin cepat ini harus diimbangi dengan penyesuaian di bidang teknologi pen
• kita harus selalu mengupayakan adanya inovasi- inovasi baru berkaitan dengan  macam teknologi pendidikan.
didikan
 •  Guru harus selalu bisa menguasai teknologi yang ada agar para siswa punya kepercayaan terhadap guru.

Bentuk Prospek dan Tantangan Teknologi Pendidikan di Era Globalisasi
Prospek teknologi pendidikan di era globalisasi :               
• Dengan fasilitas media pembelajaran (teknologi pendidikan), pendidikan harus dapat berjalan secara optimal.              
• Teknologi pendidikan merupakan sebuah kebijakan dalam menyelesaikan problematika di dalam dunia pendidikan.                   
• Teknologi Pendidikan mampu menembus jarak ruang dan waktu dalam komunikasi dalam dunia pendidikan.
• Teknologi pendidikan dapat menampilkan berbagai jenis bahan audio visual termasuk gambar diam, film, obyek, specimen, dll.   
• Teknologi pendidikan memberikan pengetahuan baru tentang sains dalam mengajar (Sudjana, 1990)
•Teknologi pendidikan mempermudah untuk memperoleh informasi dari luar yang dapat membantu kita dalam menghadapi masalah.   
• Teknologi pendidikan dapat mempertinggi proses dan hasil belajar yang berkenaan dengan taraf fikir siswa (Azhar, 2000:51).

Tantangan teknologi pendidikan di era globalisasi
• Keterbatasan Human Skill dalam menguasai teknologi pendidikan.
• Kendala dengan biaya atau efisiensi.  
• Kemajuan teknologi pendidikan diiringi dengan dekodensi moral.        
• Kurangnya sosialisasi teknologi pendidikan pada lembaga – lembaga pendidikan.         
•Tantangan Psikologi yaitu kondisi psikologi seseorang dapat menghambat proses komunikasi baik dari sisi keantusiasan, komunikasi, rasa percaya diri, dan daya tangkap.                              
• Tantangan Kurtural yaitu kultur atau budaya suatu daerah sering berbeda dengan daerah lain. Jika dalam proses komunikasi kurang adanya pemahaman maka akan menyebabkan terhambatnya komunikasi.
• Tantangan Lingkungan yaitu lingkungan yang kondusif memiliki peran yang penting dalam proses belajar mengajar agar proses komunikasi belajar dapat berjalan baik. (Sumber Kel PTP TP'12)

Ida Ayu Komang A. (NIM : 1215121096)




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Konsep Dasar Pengembangan Sistem Belajar Mandiri


Pengantar Teknologi Pendidikan (PTP)
Konsep Dasar Pengembangan Sistem Belajar Mandiri 
Dosen : Prof. Yusufhadi
UNJ - FIP - TP '12

Konsep Dasar Pengembangan Sistem Belajar Mandiri

A.   Pengertian Konsep Dasar Pengembangan Sistem Belajar Mandiri
Secara ringkas dapat disebutkan bahwa teknologi pendidikan sebagai suatu konsep, mengandung sejumlah gagasan dan rujukan. Gagasan yang ingin diwujudkan adalah agar setiap pribadi dapat berkembang semaksimal mungkin dengan jalan memanfaatkan teknologi sedemikian rupa sehingga selaras dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan.
Sistem adalah perpaduan antara sejumlah komponen yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri, namun saling berkaitan untuk mencapai suatu tujuan bersama, dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri.  Kesalahpengertian tersebut terjadi karena pada umumnya mereka yang kuliah di UT cenderung belajar sendiri tanpa tutor atau teman kuliah. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif , dengan ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar.
Dalam pelaksanaannya, konsep dasar itu dikembangkan dengan menggunakan rambu-rambu sebagai berikut:
  1. Adanya pilihan materi ajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta dalam beraneka bentuk
  2. Pengaturan waktu belajar yang luwes, sesuai dengan kondisi masing-masing peserta didik
  3. Kemajuan belajar yang dipantau oleh berbagai pihak yang dapat dilakukan kapan saja peserta didik telah siap
  4. Lokasi belajar yang dipilih/ditentukan sendiri oleh peserta didik.
  5. Dilakukannya diagnosis kemampuan awal dan kebutuhan serta remediasi bila kemampuan itu kurang atau pengecualian bila kemampuannya sudah dikuasai.
  6. Evaluasi hasil belajar, dengan berbagai cara dan bentuk seperti tes penguasaan, pembuatan portofolio, dsb
  7. Pilihan berbagai bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik peserta didik maupun pelajaran.
Sistem belajar mandiri (SBM) sebagai suatu sistem dapat dipandang sebagi suatu struktur,proses, maupun produk.
Ã’  Sebagai suatu struktur: adanya suatu susunan dengan hierarki(tingkatan) tertentu
Ã’  Sebagai proses: adanya tata cara atau prosedur yang runtut
Ã’  Sebagai produk: adanya hasil atau wujud yang bermanfaat.

B.   Komponen Sistem Belajar Mandiri
Semua komponen ini saling berkaitan dan terintegrasi dalam suatu kesatuan. Secara operasional pengertian SBM dengan segala komponennya ini lebih merupakan suatu pola konseptual dan tindakan.
Falsafah dan Teori
Setiap tindakan yang sengaja dan sadar tentu mempunyai dasar. Tindakan untuk menyelenggarakan SBM karena itu tentu mempunyai dasar falsafat dan teori.
Falsafah/teori adalah suatu pemikiran dasar yang mempengaruhi tindakan-tindakan kita. setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang didukungnya yaitu : *apa hakikat gejala tersebut (landasan otologi),
*bagaimana (asal, cara, struktur dan lain lain) cara penggarapan gejala tersebut (landasan epsitimologi),
*dan apa manfaat pembahasan gejala tersebut (landasan aksiologi)

Pertimbangan Antologi : ada sejumlah postulat (pernyataan sosial yang diterima tanpa perlu pembuktian) yang dapat dijadikan pegangan dalam mengembangkan konsep belajar mandiri.
1.      Manusia dilahirkan dalam keadaan berbeda
2.      Manusia mempunyai kemampuan untuk belajar dan mengembangkan diri sesuai potensi yang ada padanya, dan lingkungan yang mempengaruhinya
3.      Manusia mempunyai keluwesan utuk mengubah dan membentuk kepribadiannya.
Orang indonesia, mempunyai dasar Ontologi formal dalam perundangan seperti UUSPN(UU Sistem Pend. Nasional), yang menegaskan tujuan pendidikan adalah membentuk manusia indonesia seutuhnya yang memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kepribadian yang mantap dan mandiri. Mandiri itu berarti mampu memenuhi kebutuhan diri sendiri dan ikut serta dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Bahwa salah satu hakikat diselenggarakannya SBM adalah untuk mengatasi masalah belajar dan kinerja.

Pertimbangan Epistelomogi :secara legal keberadaan SBM tentunya didasarkan pada ketentuan hukum atau perundangan yang ada. Sedangkan secara konseptual keberadaanya didasarkan pada anggapan bahwa semua manusia dapat belajar apa saja, melalui apa saja, dari apa dan siapa saja,kapan saja, dengan cara yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi masing-masing. Karena SBM pada dasarnya merupakan satu penerapan konsep TP, maka berlaku pula prinsip TP,yaitu:
1.      Memadukan berbagai macam pedekatan dari bidang psikologi,komunikasi, manajemen,rekayasa, dll
2.      Memecahkan masalah secara menyeluruh dan bersistem. Menyeluruh berarti tidak bersifat tambal sulam dan memperhatikan semua aspek. Bersistem berarti dilakukannya prosedur yang teratur dan berurutan, dengan senantiasa melakukan perbaikan
3.      Mengkaji semua kondisi dan saling terkait diantararanya, dan menggunakan teknologi sbagai proses dan produk untuk memecahkan masalah
4.      Mengusahakan adanya efek sinergi, dimana penggabungan unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan.

Pertimbangan aksiologi :
* manfaat SBM bagi  pelajar/PD adalah agar dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kondisi mereka.
*manfaat SBM bagi penyelenggara maupun masyarakat:
1.      Dapat dipercepatnya usaha peningkatan mutu karyawan,
2.      Tidak diperlukannya biaya yang besar untuk penyelenggaraannya
3.      Tidak terganggunya kegiatan organisasi
4.      Harapan akan meningkatnya mutu pelayanan
Kerangka teori
SBM juga dilandasai oleh sejumlah teori dan konsepsi tertentu. Salah satunya adalah Teori instruksional yang bersifat preskriptif, artinya teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi masalah. Mengandung 3 variabel.
1. Kondisi instruksional :
1. Karakteristik siswa meliputi : pola kehidupan sehari-hari, keadaan sosial ekonomi, kemampuan membaca, dsb.
2. Karakteristik pelajaran meliputi : tujuan apa yang ingin dicapai dalam pelajaran tersebut, dan apa  hambatan untuk pencapaian itu.
2. Perlakuan instruksional
1. Pengorganisasian bahan pelajaran, meliputi: bagaimana merancang bahan untuk keperluan belajar mandiri.
2. Strategi penyampaian meliputi : pertimbangan penggunaan media apa untuk menyajikan apa, bagaimana cara menyampaikannya, siapa dan atau apa yang akan menyajikan,dsb.
3. Pengelolaan kegiatan : keputusan untuk mengembangkan dan mengelola serta kapan dan bagaimana digunakannya bahan pelajaran dan strategi penyajiannya.
Dan hasil instruksional
Model Instruksional J.B Carrol (Wager, 1977 ).
Gambar 1
Variabel waktu yang digunakan dapat dirinci lebih lanjut menjadi waktu yang diberikan dan kegigihan. Variabel waktu yang digunakan terdiri atas kemampuan, kualitas instruksional, dan kemauan.
Gambar 2
Meningkatnya nilai pembilang (waktu yang diberikan dan kegigihan) akan meningkatkan waktu yang diperlukan, dan mengakibatkan meningkatnya keberhasilan belajar. Meningkatnya nilai pada sebutan (kemampuan, kualitas instruksional dan kemauan) akan menurunkan waktu yang digunakan dan karena itu akan meningkatkan keberhasilan belajar.
Kebutuhan
Yang pertama perlu diidentifikasikan adalah kebutuhan belajar dan berkarya bagi para calon peserta, yang mungkin berupa kebutuhan yang dirasakan(seperti halnya merasa kurang mampu), atau kebutuhan yang dinyatakannya, yaitu bilamana seseorang bersedia mengeluarkan dana dan tenaga untuk memperoleh sesuatu (mungkin yang bermanfaat untuk pekerjaan, ataupun hanya mengejar status maupun gengsi). Kebutuhan ini dapat diketahui dengan mengadakan pengkajian lapangan(training/learning needs assessment) seperti kuesioner,observasi,dan wawancara
serta dengan pengkajian konseptual dengan melakukan studi perbandingan(kajian empirik) atau pembahasan oleh para ahli.
Peserta
Peserta SBM tidak dapat dikontrol kegiatan belajar kesehariannya. Pengawasan, yang pada sistem konvensional dilakukan oleh penatar dalam SBM harus dilakukan oleh peserta sendiri. Maka sebelum suatu program SBM dimulai perlu dilakukan pengkajian konteks, dan karakteristik para peserta.
Pengkajian konteks meliputi : *kondisi fisik, *intelektual, *kondisi sosial-ekonomi, serta pola kegiatan sehari-hari calon peserta yang bersangkutan.
Pengkajian karakteristik meliputi : *minat,*kebiasaan,*aspirasi, *latar belakang pendidikan, *kemampuan membaca, dsb
Pengkajian itu dapat dilakukan dengan pendekatan pragmatis(data lunak/soft data) berupa persepsi, nilai, dan keinginan yang diamati oleh sekelompok perencana tentang apa yang diperlukan, dan mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan. Dan yang terbaik adalah menggunakan data mantap/hard data melalui penelitian khusus/ dengan menganalisis hasil penelitian serasi yang sudah ada.
Program
SBM ditentukan pula oleh tujuan program, pola instruksional, format bahan belajar, urutan pelajaran,sumber bahan pelajaran, deskripsi isi, dan kriteria penggarapannya. Rencana yang tlah disusun ini kemudian dikembangkan dengan menentukan materi ke dalam sejumlah topik, dan kemudian dijabarkan lagi dalam bentuk naskah untuk diproduksi. Perencanaan program mempunyai arti yang sangat penting, karena dari rencana inilah digerakkan seluruh kegiatan lain, misalnya program apa yang harus diproduksi, kapan harus siap, berapa besar dana yang perlu disediakan, sarana apa yang perlu ada, siapa yang perlu mengerjakan, dsb.
Namun harus juga memperhitungkan faktor lain yaitu perkembangan TIK, karena mlalui teknologi ini orang dapat menerima gagasan,informasi, sikap atau nilai tanpa sengaja dan terencana.




Strategi
Strategi adalah  pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran, dan yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan yang dijabarkan dari pandangan falsafah dan teori tertentu. Strategi ditetapkan untuk mencapai tujuan umum.

Penentuan strategi pada umumnya meliputi :
Ã’  Tujuan belajar, jenis dan jenjangnya
Ã’  Cara penyajian bahan pelajaran
Ã’  Media yang digunakan
Ã’  Biaya yang di perlukan
Ã’  Waktu yang di berikan dan jadwalnya
Ã’  Prosedur kegiatan belajar
Ã’  Instrumen dan prosedur penelitian
Penentuan strategi ini memberikan masukan kepada pengembang materi, distribusi dan kegiatan belajar.
Dari model Carroll, maka variabel yang dapat dikontrol adalah waktu yang diberikan dan kualitas instruksioan.
Materi pelajaran
Secara teoritik dalam SBM para peserta dapat memilih dan menentukan materi pelajaran yang di perlukannya, namun dalam praktiknya paling tidak akan ditentukan tentang yang memenuhi syarat untuk di pilih. Bahkan dalam kenyataannya, materi telah disiapkan oleh penyelenggara, dengan alasan untuk mengendalikan mutu dan meningkatkan efisiensi.
Dalam pengembangan materi ini harus benar benar diperhatikan kondisi dan karakteristik peserta.masyarakat kita pada umumnya masih dikenal sebagai masyarakat yang masih berbudaya mendengar lebih efektif lagi bila ditambahkan dengan membaca, namun belum berbudaya hanya membaca saja, apalagi membaca secara mandiri.
 *penggunaan ilustrasi,*kalimat-kalimat pendek, *kosakata yang terbatas,*serta tata letak/layout menarik pada naham cetak akan sangat menolong keadaan ini.



Produksi dan Pengadaan Bahan ajar
Yang dimaksud dengan
            Produksi : pembuatan paket  bahan pelajaran sendiri, berdasarkan naskah yang telah dirancang sesuai dengan kriteria pengolahan.kegiatan produksi ini harus dilakukan oleh orang suatu tim yang kompeten. Hal ini berkaitan dengan komponen tenaga.
            Pengadaan bahan belajar: pembelian bahan belajar yang sudah jadi, misalnya modul yang sudah dibuat oleh Puslitbangjari UNS atau Universitas Terbuka

Distribusi/ penyebaran
Distribusi bahan pelajaran kepada para peserta perlu memperhatikan strategi, kesiapan produk, sarana, dan prasarana.
Dalam suatu SBM yang waktunya tertentu dan terbatas, masalah distribusi ini dapat menjadi faktor penentu, karena keterlambatan distribusi menyebabkan keterlambatan bahan belajar.
Kegiatan belajar
Puncak kegiatan SBM adalah terjadinya kegiatan belajar oleh peserta. Peserta diharapkan dapat belajar di tempat yang ditentukan sendiri, pada waktu yang dipilihnya sendiri dan dengan cara belajar sendiri tanpa bimbingan tatap muka dari orang lain. Namun hal ini tergantung kondisi dan  karakteristik peserta, serta kualitas bahan pelajaran.
Kepada para siswapun disarankan agar mereka membentuk kelompok belajar pada lokasi yang berdekatan. Kelompok ini tidak harus setingkat, atau dengan mata pelajaran yang sama.
Pada sistem SBM yang ideal, kegiatan belajar ini tidak dibatasi waktu, jadi lebih ditekankan pada pendekatan penguasaan(mastery concept). Penguasaan atas tujuan belajar dapat dibuktikan(dievaluasi) dengan berbagai macam cara, yaitu dengan self-test(tes sendiri), tes baku yang dapat diambil kapan saja, tes kolokium, dan pembuatan portofolio.
Organisasi penyelenggara
Penyelenggaraan SBM merupakan suatu usaha pembaruan yang penuh dengan tantangan. Karena itu idealnya dituntut organisasi penyelenggaraan khusus tersendiri yang lincah, berpandangan jauh kedepan, serta mampu menjalin kerjasama yang luas dengan berbagai pihak yang berkaitan.
Penyelenggara pendidikan (termasuk SBM) dapat dibedakan dalam 3 dimensi,yaitu:
1. persyaratan, dengan rentangan ketat dan longgar
2. kewenangan, dengan rentangan memusat dan menyebar
3. sumber belajar, dengan rentangan yang terbatas dan leluasa.
Organisasi penyelenggaraan perlu dibentuk sejak awal timbulnya gagasan. Dalam organisasi ini perlu dihimpun tenaga, sarana, dan prasarana yang diperlukan.
Tenaga
SDM dapat dikatakan merupakan kunci keberhasilan penyelenggaraan SBM. Tenaga yang diperlukan dalam menyelenggarakan SBM meliputi berbagai bidang.
Manajerial : mereka yang mengelola kegiatan organisasi, dan personel dipusat maupun daerah
Akademik : mereka yang mempunyai potensi dan keahlian dalam isi/bidang studi yang diajarkan
Fungsional : mereka yang mempunyai kempetensi/keahlian dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum,teknologi instruksional, pengujian, PLS, BK serta tenaga Peneliti yang merupakan yang mempunyai posisi penting,karena ia harus dapat memberikan masukan kepada semua komponen sistem, dan sebaikanya tenaga peneliti ini merupakan suatu tugas tersendiri, dan tidak dibebankan bagi tenaga yang ada.
Teknis :  yang melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, termasuk didalamnya tenaga administrasi.
Sarana dan Prasarana
Ã’  Sarana: segala bentuk peralatan dan fasilits fisik.dapat berupa peralatan yang diperlukam untuk produksi, distribusi, kegiatan belajar maupun untuk pemberian bantuan dan penilaian
Ã’  Prasarana/ infrastruktur: segala sesuatu yang memungkinkan terselenggaranya fungsi sarana, seperti dana, sumber daya listrik,transportasi, termaksud pula tatanan atau aturan yang terkait didalamnya. Tatanan atau peraturan perlu mendapatkan perhatian dari awal, karena meliputi ketentuan prasyarat dan seleksi peserta, ketentuan prasyarat dan status akademik,ketentuan yang berhubungan dengan karir PD dsb. Dana seringkali merupakan faktor yang paling menentukan. Penyelenggaraan SBM sering kali lebih ditekankan pada tidak tersedianya dana untuk melaksanankan diklat tatap muka. *bahan belajar berupa modul tertulis saja (apalagi kalau dibuat dengan pertimbangan seekonomis mungkin) tidak akan mungkin menyamai efektivitas belajar tatap muka.
Bantuan dan pengawasan
Untuk menunjang kelancaran kegiatan belajar, dalam SBM juga diperlukan sejumlah bantuan dan pengawasan yang antara lain meliputi :
Ã’  Informasi tentang program dan persyaratan
Ã’  Tata cara pendaftaran
Ã’  Pengadministrasian kegiatan akademik
Ã’  Pemberian umpan balik atas pertanyaan atau saran dan tanggapan
Untuk menangani pemberian bantuan inidiperlukan unit kerja tersendiri, sebab kalau tidak,para PD akan merasa ditinggalkan atau dibiarkan dengan persoalannya sendiri. Melalui kegiatan pemberian bantuan ini dapat dijaga adanya hunungan insani antara pelajar(yang tidak dikenal karena dari jarak jauh) dengan PD.

Penelitian dan penilaian
            Penelitian yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan SBM dapat dibedakan dalam beberapa peringkat.
Ã’  Pada peringkat kebijakan penelitian diperlukan untuk pengembangan masa depan. Seperti misalnya penjajagan kelayakan, kebutuhan normatif dan masa depan, pengelolaan kegiatan, dsb.
Ã’  Pada peringkat strategis penelitian diperlukan untuk mengetahui kecendrungan karekteristik calon peserta, kompetensi dan pendidikan yang ada dan yang diperlukan, efektifitas program, analisis biaya dan lain lain.
Ã’ Pada peringkat operasional penelitian diperlukan untuk mengetahui masalah produksi, distribusi, kesulitan belajar, hasil belajar dan sebagainya. Penelitian tentang efektivitas dan efisiensi masih sangat terbatas sekali di lakukan di indonesia. Kebanyakan digunakan dari hasil penelitian luar negeri.memang ada baiknya penelitian luar negeri, meskipun dari latar belakang budaya yang berbedadijadikan referensi guna menghasilkan program yangbermakna dan bermutu. Namun sebaiknya dilakukan penelitian sendiri.

c. Pengimplikasian Sistem Belajar Mandiri dalam manajemen
3 kategori dalam manajemen SBM:
Ã’  Manajemen Kegiatan
            Merupakan usaha yang bertujuan untuk menentukan dan menyelenggarakan pembaruan demi tercapainya falsafah dan kebijakan kelembagaan, kegiatan dapat dikategorikan dalam 3 peringkat, yaitu
1. peringkat kebijakan,meliputi: penjabaran kebijakan, penilaian kebutuhan,penentuan kriteria peserta, penilaian proses kegiatan, pembentukan organisasi, rekturmen dan seleksi tenaga, serta sertifikasi dan pengakuan
2. peringkat strategik, meliputi : perancangan program, penentuan strategi, pengembangan bahan belajar(termaksud didalamnya evaluasi formatif untuk menyempurnakan bahan belajar tersebut), pproduksi bahan belajar, serta penyimpanan dan distribusi bahan belajar.
3. peringkat operasional, meliputi: publikasi, pendaftaran calon PD, penerimaan peserta, pemberian orientasi kepada para PD, penyediaan(logistik) bahan belajar, pengelolaan kegiatan belajar setempat, penilaian kemajuan belajar, dan pemberi bantuan belajar.
Ã’  Manajemen personel
            apa, bagaimana, siapa yang Berwenang dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan
Ã’  Manajemen organisasi
            memfungsikannya kegiatan dengan jalan membentuk unit kerja, menentukan, status organisasi, menyusun struktur organisasi, dsb.
Fungsi manajemen secara umum adalah :
  1. Perencanaan
  2. Pengorganisasian
  3. Penyusunan pekerja
  4. Pengarahan
  5. Pengoordinasian
  6. Pengendalian
Permasalahan manajemen SBM tidak mungkin diatasi dengan ad hoc(sambil lalu). Agar SBM dapat terselenggara dengan baik, maka sebaiknya dikelola tersendiri dengan memerhatikan seluruh komponen sistem serta kategori dan fungsi manajemen.

Kesimpulan
            Fenomena Sistem Belajar Mandiri atau Proses belajar mandiri, memberi kesempatan para peserta didik untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat, serta melatih kemandirian siswa agar tidak tergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan gagasan keluwesan dan kemandirian inilah,belajar mandiri telah bermetamorfosis sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka, belajar jarak jauh,(e-learning,dsb)
Dari proses belajar mandiri tersebut diperoleh peran guru atau instruktur diubah menjadi fasilisator, atau perancang proses belajar. Sebagai fasilisator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancangan proses belajar mengharuskan guru untuk mengubah materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri.   Tiap Komponen dalam sistem belajar mandiri saling terkait satu sama lain, agar SBM dapat terselenggara dengan baik, maka sepatutnya dikelola tersendiri dengan memerhatikan seluruh komponen sistem serta kategori dan fungsi manajemen. (sumber: kel.BEATS PTP TP'12)
Ida Ayu Komang A. (NIM : 1215121096)





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh


Pengantar Teknologi Pendidikan (PTP)
Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 
Dosen : Prof. Yusufhadi
UNJ - FIP - TP '12

Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh 
1.     Definisi Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
JW.keegan melakukan penelitian mengenai praktek penyelenggaraan dan definisi pendidikan terbuka dan jarak jauh yang digunakan di berbagai Negara di dunia. Dia melakukan analisis dan menelaah di berbagai definisi yang hampir sama, mulai dari definisi Doamen (1967), Meckenzie, Christense; dart Rigby (1968); Undang-Undang Pendidikan Perancis (1971); Peters (1973), Holmberg (1977) dan membuat sintese mengenai definisi-definisi tersebut. Menurut dia ada enam unsur dasar pengertian pendidikan terbuka dan jarak jauh, yaitu:
  • Terpisahnya guru dan siswa. Karakteristik inilah yang membedakan pendidikan terbuka dan jarak jauh dari pendidikan konvensional;
  • Adanya lembaga yang mengelola pendidikan terbuka dan jarak jauh. Hal ini yang membedakan orang yang mengikuti pendidikan terbuka dan jarak jauh dari orang yang belajar sendiri;
  • Digunakannya media sebagai sarana untuk menyajikan isi pelajaran;
  • Diselenggarakannya sistem komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau antara lembaga dan siswa sehingga siswa mendapatkan manfaat dirinya. Dalam hal ini siswa dapat berinisiatif untuk terjadinya komunikasi itu.
  • Pada dasarnya pendidikan terbuka dan jarak jauh itu bersifat pendidikan individual. Pertemuan tatap muka untuk melengkapi proses pembelajaran berkelompok maupun untuk sosialisasi dapat bersifat keharusan (compulsory), pilihan (optional), ataupun tidak ada sama sekali tergantung kepada organisasi penyelenggaranya.
Definisi tersebut berlaku bagi berbagai sistem atau model pendidikan terbuka dan jarak jauh yang menggunakan nama yang berbeda-beda seperti Correspondence School, Distance Learning, Home Study, Independent Learning, dan masih banyak lagi istilah lain. Definisi itu bahkan juga masih berlaku bila diterapkan pada sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh baru yang sekarang sedang banyak diminati orang yaitu, Online Learning, Virtual Learning atau e-Learning.



2.     Hakikat Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Pada hakikatnya pendidikan terbuka dan jarak jauh mengandung konsep dasar yang sama, yaitu pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat yang berorientasikan pada kepentingan, kondisi,dan karakteristik peserta didik dengan berbagai pola belajar dengan menggunakan aneka sumber belajar. Pendidikan terbuka merupakan istilah umum, sedangkan pendidikan jarak jauh bersifat lebih spesifik. Semua pendidikan jarak jauh merupakan pendidikan terbuka dengan program belajar terstruktur relatif ketat dan pola pembelajaran yang berlangsung tanpa tatap muka atau keterpisahan antara peserta didik dengan pendidik.
A.                 Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan sepanjang hayat merupakan bentuk dari hak asasi manusia, yaitu bahwa manusia sejak dari kandungan hingga ke liang lahat berhak memperoleh apa yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.
Pendidikan bersifat terbuka secara konseptual memberikan kesempatan kepada siapa  saja, pada usia berapa saja, untuk memperoleh pendidikan apa saja, dari apa dan siapa saja, kapan saja diperlukan, dimana saja, dengan cara apa saja yang diinginkan, dengan berbagai pola yang saling melengkapi. Peserta didik dapat memperoleh pendidikan di rumah, dibawah binaan orang tua atau dalam kelompok bermain, ini merupakan sesuatu yang nonformal, pendidikan yang formal dapat diperoleh di sekolah. Pilihan untuk memperoleh pendidikan ini dilaksanakan secara fleksibel, baik dalam kesempatan atau memperolehnya, maupun dalam penyesuaian dalam waktu penyelesaian program pendidikan, peserta didik dewasa dapat belajar sambil bekerja atau mengambil beberapa program pendidikan sekaligus pada jenis dan jalur pendidikan yang berbeda secara terpadu dan berkelanjutan
Pengakuan atas hasil pendidikan sepanjang hayat ini tidak didasarkan pada adanya ijazah, diploma atau sertifikat, tapi diukur oleh masyarakat, oleh masyarakat atas kinerja peserta didik di masyarakat.
B.                 Pemberdayaan Peserta Didik
Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh berusaha memberdayakan peserta didik dengan berorientasikan kepada kepentingan, kondisi dan karakteristik mereka dengan berbagai pola belajar dengan menggunakan aneka sumber belajar.
Kepentingan peserta didik adalah hal-hal yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang bersifat normatif, komparatif, dan prospektif.
Kebutuhan normatif adalah kebutuhan yang didasarkan atas standar minimal  tertentu untuk setiap jenjang pendidikan. Kemampuan membaca, menulis, berhitung merupakan norma minimal untuk melek-aksara. Kebutuhan secara komparatif adalah kebutuhan untuk memenuhi perbedaan antara peserta didik baik untuk skala lokal, nasional, maupun global. Sedangkan kebutuhan prospektif adalah adalah kebutuhan untuk mengantisipasi adanya peubahan di masa depan yang serba tidak menentu. Untuk itu peserta didik perluu dibekali kemampuan untuk cara belajar, dan belajar memecahkan masalah yang di hadapinya.
Kondisi dan karakteristik peserta didik adalah keadaan pribadi dan lingkungan yang menunjukan kemampuan hambatan, dan peluuang yang berbeda-beda kondisi yang berbeda ini tidak seharusnya menjadi alasan untuk mendapatkan kesempatan belajar. Pendidikan harus memungkinkan untuk pengembangan potensi peserta didik dengan optimal sesuai dengan kondisi mereka masing-masing. Bagi peserta didik yang tinggal di daerah terpencil dengan kondisi sosial-ekonomis yang terbatas, harus pula mendapat perhatian sehingga mereka dapat memperoleh pendidikan yang yang diperlukan untuk kehidupan mereka.
C.                 Prinsip Pendidikan Terbuka & Jarak Jauh
Pendidikan terbuka dan jarak jauh diselenggarakan atas dasar kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobilitas, dan efisiensi. Pendidikan terbuka dan jarak jauh dirancang sebagai suatu sistem pendidikan yang bebas diikuti oleh siapa saja sehingga peserta didik menjadi sangat heterogen baik dalam kondisi, karakteristiknya meliputi motivasi, kecerdasan, latar belakang pendidikan, kesempatan maupun waktu yang di sediakan untuk belajar.
Prinsip kemandirian dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh diwujudkan dengan adanya kurikulum atau program pendidikan yang memungkinkan untuk dipelajari secara mandiri, beajar perorangan maupun dalam kelompok sebaya, dengan sesedikit mungkin bantuan dari guru atau lembaga kependidikan yang lain.
Prinsip keluwesan diwujudkan dengan dimungkinkannya peserta didik/warga belajar untuk memulai, mengakses sumber belajar,  mengatur jadwal dan kegiatan belajar, mengikuti ujian atau penilaian kemajuan belajar, dan mengakhiri pendidikannya diluar ketentuan batasan waktu dan tahun ajaran. Termasuk dalam prinsip keluwesan ini adalah kemungkinan peserta didik/warga belajar  untuk berpindah jalur dari pendidikan formal ke jalur non formal atau sebaliknya.
Prinsip keterkinian diwujudkan dari ketersediaan program pembelajaran dan sumber belajar pada saat diperlukan. Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan dan pelatihan konvensional yang program atau kurikulumnya termasuk buku-buku yang tersedia, dirancang untuk mengantisipasi keperluan di masa mendatang. Tersedianya komunikasi dan informasi sangat mendukung prinsip ini. Kecepatan untuk memperoleh informasi yang terbaru melalui teknologi ini merupakan suatu peluang untuk dapat bertahan dan berkembang dalam persaingan bebas.
Prinsip kesesuaian diwujudkan dengan adanya program belajar yang terkait langsung dengan kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja atau kemajuan masyarakat. Pelajaran tersebut bobotnya harus setara dengan jenjang kompetisi yang diperlukan, namun disajikan dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Prinsip mobilitas diwujudkan dengan adanya kesempatan untuk berpindah lokasi, jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang setara atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi setelah memenuhi persyaratan kompetensi yang diperlukan. Peserta didik yang mengikuti migrasi keluarganya perlu memperoleh kesempatan untuk mengikuti pendidikan di tempat barunya tanpa persyaratan akademik dan non-akademik yang memberatkan.
Prinsip efisiensi diwujudkan dangan pendayagunaan berbagai macam sumberdaya dan teknologi yang tersedia setempat dengan seoptimal mungkin. Dalam proses pembelajaran dengan sistem terbuka dan jarak jauh, sumber daya manusia yang tersedia setempat dapat terdiri dari narasumber, yang mempunyai kemampuan tertentu seperti misalnya pemuka agama untuk membimbing dan membina pelajaran agama yang bersangkutan. Sumber daya buatan meliputi siaran radio, konten internet, buku serta museum dan sebagainya.
D.                 Pemberdayaan Lembaga Pendidikan
Sistem pendidikan terbuka untuk sekolah dasar dengan memberdayakan lembaga masyarakat seperti yang dilakukan dalam model PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orangtua, dan Guru) model ini menunjukan efisiensi yang tinggi karena dengan bantuan orang tua peserta didik dan anggota masyarakat secara sukarela seorang guru dapat membina 60 siswa sekaligus. Sistem pendidikan terbuka model SLTP Terbuka dengan memberdayakan sekolah induk dan masyarakat sekitarnya terbukti efisien karena responsif terhadap kebutuhan, anggaran yang terkendali, pemanfaatan sumberdaya yang tersedia, organisasi penyelenggara, yang dipilih secara menyebar, pembagian beban kerja yang seimbang, dan pelaksanaan kebijakan yang kohern.
Penyelenggaraan pendidikan jarak jauh dengan jaringan yang memusat, agar menjadi efisien secara ekonomi, pelaksanaannya harus secara massal baik dalam aspek  jumlah sasaran peserta didik maupun dalam proses produksi media belajar dan media operasional. Dalam konteks ekonomisasi sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, tantangan utama bagi pengelola program adalah menciptakan berbagai program pendidikan sesuai kebutuhan masyarakat dan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga pendidikan tersebut mempunyai daya guna dan hasil guna yang tinggi.

3.     Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
                                    Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang baru bagi Indonesia. Hal yang baru adalah perhatian yang semakin besar terhadap sistem pendidikan itu sebagai suatu alternatif potensial dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sistem pendidikan terbuka memungkinkan perolehan pendidikan yang sesuai hakikat manusia, yaitu meliputi di antaranya minat, kebutuhan, dan kemampuan masing-masing individu.
A.    Landasan Perkembangan
Landasan perkembangan pendidikan terbuka dan jarak jauh, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Landasan Ontologis
Landasan ontologis sistem ini adalah serangkaian posultat sebagai berikut: bahwa pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan yang berbeda, mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri secara berbeda pula, mempu berkembang sesuai dengan potensi genetika dan lingkungannya, serta mempunyai keluwesan untuk mengubah dan membentuk kepribadiannya.
2.      Landasan Epistemologis
Landasan epistemologis pendidikan terbuka atau jawaban tentang bagaimana sistem pendidikan ini dapat diselenggarakan, adalah dengan memberdayakan lembaga masyarakat, termasuk keluarga, untuk mengembangkan, memilih, dan atau memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka dengan mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal.
3.      Pertimbangan Aksiologis
Pertimbangan aksiologis atau asas manfaat pendidikan terbuka dan jarak jauh pertama-tama ditujukan kepada peserta didik, yaitu agar mereka dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka. Bagi lembaga penyelenggara maupun masyarakat, pendidikan terbuka dan jarak jauh juga membawa manfaat, seperti:
·         Dapat dipercepatnya usaha memenuhi kebutuhan masyarakat dan pasaran kerja;
·         Dapat menarik minat calon peserta yang banyak;
·         Tidak terganggunya kegiatan kehidupan sehari-hari karena pola dan jadwal pembelajaran yang luwes;
·         Harapan akan meningkatnya kerja sama dan dukungan pengguna lulusan.

B.     Awal Perkembangan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Berikut adalah perkembangan pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia:
·       Pesantren
Pendidikan pesantren merupakan bentuk pendidikan terbuka tertua yang sampai sekarang masih dilaksanakan. Pendidikan pesantren ini dimulai pada abad ke-15. Pendidikan ini bertujuan untuk menanamkan loyalitas kepada Islam. Pola pendidikan pesantren ini tidak dikenal adanya “ijazah”, yang menyatakan murid lulus atau tidaknya adalah pengakuan dari seorang Kyai (Zamakhsyari Dofier, 1994).

·       Taman Siswa
Pendidikan Taman Siswa pada awalnya dapat dikategorikan sebagai pendidikan terbuka, karena misinya sebagai lembaga perjuangan menentang penjajahan dalam segala bentuknya. Ki Hajar Dewantara (1889-1959) mengembangkan Taman Siswa dengan asas perjuangan, meliputi:
1.     Adanya hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri;
2.    Pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga;
3.    Pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran, karena hal itu dapat memisahkan orang terpelajar dengan rakyat;
4.     Berkehendak untuk mengusahakan kekuatan diri sendiri.
Sistem pendidikan Taman Siswa dilakukan dengan sistem among, yaitu berdasarkan kodrat hidup anak dan kemerdekaan, dengan pedoman tut wuri handayani, ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa.

·       Kayutanam
Mohammad Syafei (1896-1969) mengembangkan dan menerapkan gagasan pendidikannya di Kayutanam dengan dasar:
1.    Berpikir secara logis dan rasional dan meninggalkan cara berpikir mistik dan tahayul;
2.    Kebutuhan masyarakat;
3.    Kegunaan hasil pendidikan untuk kemajuan masyarakat;
4.    Tertanamnya rasa percaya diri dan berani bertanggung jawab.
Sekolah Kayutanam ini memiliki 2 jenjang, yaitu atas dan bawah. Di mana setiap jenjangnya tidak hanya dibekali pengetahuan, tetapi juga praktik. Bahan pelajaran sekolah ini diambil dari budaya bangsa Indonesia. Ciri khas pendidikan ini sama halnya dengan pendidikan pesantren, yaitu tidak memiliki ijazah, melainkan pengakuan dari masyarakat (Wasty Soemanto & Soeyarno, 1983: 73-6).
·       Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG)
Pada tahun 1950, pemerintah membentuk lembaga BKTPG atau yang lebih dikenal sekarang Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis yang bertugas untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, dengan menyediakan berbagai macam paket belajar tertulis dalam bidang kependidikan. Kemudian pada tahun 1952 diselenggarakan pendidikan melalui radio oleh Djawatan Pendidikan Masyarakat untuk keperluan eks pelajar pejuang, program ini didukung oleh RRI dan AURI.

·       Periode PELITA I
Dalam periode PELITA I digariskan kebijakan dalam GBHN untuk digunakannya siaran radio dan televisi untuk meningkatkan dan memeratakan mutu pendidikan. Menjelang akhir PELITA I pemerintah menerapkan satu kebijakan berani, yaitu membangun sistem komunikasi dengan satelit domestik. Sistem ini dikenal dengan SKSD Palapa (Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa). Berdasarkan hasil pengkajian dan uji coba diputuskan kemudian perlunya dilakukan serangkaian kegiatan secara simultan, yaitu:
1.    Penataran dan pengembangan pendidikan guru melalui sistem pembelajaran jarak jauh;
2.    Pengembangan program pendidikan luar sekolah melalui media massa dalam rangka pendidikan sepanjang hayat;
3.    Mengembangkan tenaga terampil dan profesional dalam bidang teknologi pendidikan;
4.    Mengembangkan program teknologi komunikasi di perguruan tinggi;
5.    Mengembangkan proyek percontohan penyajian pendidikan dengan penggunaan media massa.

·       Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orangtua, dan Guru
(PAMONG)

Pada tahun 1972 dalam rangka kerjasama SEAMO INNOTECH Centre diselenggarakan suatu model pendidikan dasar yang disebut Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orangtua, dan Guru (PAMONG).
Program belajar-pembelajaran dilaksanakan dengan prinsip berikut:
1.    Belajar mandiri dengan menggunakan bahan belajar terprogram yang disebut modul;
2.    Belajar kelompok sebaya dengan bantuan kakak kelas yang telah menguasai pelajaran yang bersangkutan;
3.    Kompetisi untuk berprestasi dengan tersedianya daftar kemajuan belajar penguasaan atas modul yang diisi sendiri dan diketahui semua siswa;
4.    Fungsi guru sebagai pengelola kegiatan belajar yang membantu mengatasi masalah yang tidak terpecahkan oleh siswa itu sendiri;
5.    Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar;
6.    Meningkatkan partisipasi masyarakat antara lain dengan melibatkan warga masyarakat sebagai narasumber.

·      KEJAR Paket A
Pada tahun 1974, Direktorat Pendidikan Masyarakat pada Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga, mulai mengembangkan paket belajar pendidikan dasar bagi orang dewasa. Paket ini disebut Kejar Paket A (yang kemudian disambung dengan Paket B), istilah KEJAR merupakan akronim dari Kalompok Belajar atau Bekerja dan Belajar, yang dapat pula diartikan sebagai upaya “mengejar” ketinggalan. Materi pelajarannya diambil dari lingkungan. Maksud dikembangannya KEJAR Paket A adalah untuk mempersiapkan warga negara agar dapat berpartisipasi aktif dan positif dalam masyarakat (Napitupulu, 1979: 6).

·       Siaran Radio
Siaran radio untuk penataran guru SD diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1974 meliputi 11 provinsi yang padat penduduk dan yang sistem transportasinya sulit. Keputusan ini diambil setelah uji coba di 3 provinsi (Jogjakarta, Jawa Tengah, dan Irian Jaya) dinilai berhasil.

·       SLTP Terbuka
Perintisan SMP Terbuka (sekarang SLTP Terbuka) mulai dilaksanakan pada tahun 1979 di 5 lokasi, yaitu Kalianda (Lampung Selatan), Plumbon (Cirebon), Adiwerna (Tegal), Kalisat (Jember), dan Tarara (Lombok Barat). Model sekolah terbuka ini dikembangkan berdasarkan landasan falsafah, teori, dan prinsip. Evaluasi komprehensif yang diselenggarakan pada tahun 1992 menunjukkan bahwa sistem SLTP terbuka memenuhi indikator kualitatif, meliputi fleksibilitas, kelayakan, efisiensi, dan efektivitas (Kartasurya, 1992).


C.    Profil Perkembangan
Perkembangan TIK mulai dipicu sejak dioperasikannya SKSD Palapa pada tahun 1976. Kemudian sistem komunikasi domestik tersebut dipacu lebih lanjut dengan diresmikannya program “Nusantara-21” (N-21) oleh Presiden RI pada tanggal 27 Desember 1996.
Penggunaan teknologi komunikasi dan informatika (telematika) untuk kepentingan pendidikan telah dilakukan oleh berbagai lembaga pendidikan. Dalam lingkup persekolahan telah didirikan Yayasan Sekolah 2000 pada tahun 1999 dengan misi untuk memperkenalkan internet kepada para siswa dan guru di seluruh Indonesia. Pemrakarsa situs tersebut adalah Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).
Di lingkungan pendidikan tinggi, UI dan ITB memanfaatkan jaringan telematika untuk keperluan penelitian dan pembelajaran. Universitas Bina Nusantara dan PETRA bahkan telah memanfaatkan jaringan telematika untuk berbagai proses belajar dan pembelajaran, termasuk penyajian bahan belajar, bimbingan tutorial, manajemen pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Lembaga pendidikan lanjut seperti Pusat Pengembangan Manajemen (PPM) dan Institut Bankir Indonesia (IBI) telah pula menyelenggarakan pendidikan profesi lanjut dengan belajar jarak jauh.
Sejak tahun 1944 di Indonesia telah didirikan Indonesian Distance Learning Network (IDLN) yang berkedudukan di Pustekkom-Diknas, dengan misi untuk mengoordinasikan segala aspek pengembangan sistem belajar jarak jauh. Dalam lingkup wilayah regional, Indonesia telah dipercaya untuk mengoordinasikan pengembangan dan penyebaran sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh.
Perkembangan TIK telah memungkinkan berbagai pilihan pemanfaatan. Pilihan tersebut meliputi, e-library, e-mail, ensiklopedia online, pembelajaran multimedia interaktif, compact disc, sistem distribusi bahan secara elektronik, tele-edukasi dan latihan jarak jauh, pengelolaan sistem informasi dalam jaringan, dan video teleconference.
Pelajaran yang dapat kita tarik dari beberapa kasus yang telah dipaparkan menunjukkan bahwa pendidikan terbuka dan jarak jauh di Indonesia cukup mempunyai akar budaya di Indonesia, di samping memiliki wawasan yang bersifat global.



4.  Paradigma Pengembangan Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Komponen pengembangan yang perlu mendapat perhatian khusus mencakup:
A.                 Visi, Misi dan Tujuan
Visi pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah terwujudnya pranata sosial yang memungkinkan peserta didik untuk memperoleh pendidikan pada semua jenis, jalur, dan jenjang secara mandiri dengan menggunakan berbagai sumber belajar dengan program pembelajaran yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan karakteristiknya.
Misi melalui setiap lembaga pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah :
·         Menyediakan berbagai pola, modus, dan cakupan pendidikan terbuka dan jarak jauh untuk melayani kebutuhan masyarakat;
·         Mengembangkan dan mendorong terjadinya inovasi berbagai proses belajar-pembelajaran dengan aneka sumber belajar;
·         Mengembangkan mekanisme dan pengendalian mutu pendidikan yang diselenggarakan pada tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi, serta pada pendidikan jalur luar sekolah.
Tujuan pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
B.                 Pola, Modus, dan Cakupan
Pendidikan terbuka dan jarak jauh diselenggarakan dengan pola pembelajaran yang pada dasarnya mengandalkan tersedianya aneka sumber. Pola pembelajaran ini mencakup pola pembelajaran melalui korespondensi, bahan cetak, radio, audio/video, TV, Computer Assisted Instruction (CAI), dan atau multimedia melalui jaringan komputer.
Dari segi modus penyelenggaraannya, pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat dibedakan dalam beberapa pola :
·         Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh secara modus tunggal, adalah jika pelayanan pendidikan kepada peserta didik dilaksanakan sepenuhnya melalui satu cara saja.
·         Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh secara modus ganda, adalah jika layanan pendidikan kepada peserta didik dilaksanakan melalui tatap muka langsung, baik melalui media satu arah maupun dua arah.
·         Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam bentuk jaringan, adalah jika layanan pendidikan kepada peserta dduk dilaksanakan melalui kolaborasi antarlembaga pendidikan. Melalui kolaborasi tersebut, pengelola program pendidikan pendidikan terbuka dan jarak jauh tidak perlu memiliki fasilitas dan SDM sendiri tapi justru dapat melakukan spesialisasi pelayanan kepada peserta didik.
·         Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh, disebut pula sebagai belajar bebasis beraneka sumber. Penyelenggaraan modus ini juga dapat dipandang sebagai penggabungan dari tiga modus lainnya.
Dilihat dari aspek cakupan, sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat berupa penyelenggaraan pendidikan untuk beberapa mata pelajaran, program studi, dan satu kesatuan program pendidikan secara penuh menurut jenjang dan jenis dalam sistem pendidikan nasional.
Lembaga pendidikan terbuka dan jarak jauh yang menyelenggarakan pendidikan secara dual mode mempunyai cakupan untuk beberapa mata pelajaran/program studi. Sedangkan, lembaga pendidikan terbuka dan jarak jauh penyelenggaraan pendidikan secara single mode menawarkan semua program pendidikan dalam tatanan satuan kelembagaan pendidikan jalur sekolah atau luar sekolah, pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi, dengan jenis pendidikan umum, kejuruaan, dan keagamaan. Cakupan program pendidikan terbuka dan jarak jauh berbasis jaringan terbatas pada beberapa mata kuliah dan program pendidikan sesuai spesialisasi dari masing-masing lembaga pendidikan yang menjadi anggota konsorsium.
C.                 Sistem Operasional: Peserta Didik, Sumber Belajar, Dukungan Pelayan, danPenilaian
Dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh terdapat empat komponen sistem oprasional yang berbeda baik dalam penyelengaraan maupun fungsinya dibandingkan sistem pendidikan tatap muka.
·         Peserta Didik, setiap peserta didik bebas menentukan sendiri kapan ia akan mulai belajar, bagaimana cara ia akan belajar, dengan siapa ia akan memperoleh pelajaran, dsb.
·         Sumber Belajar, pengembangan sumber belajar harus dilakukan dengan mengetahui karakteristik umum peserta didik, dengan menganalisis sumber apa yang diperlukan dan yang telah tersedia dengan mempertimbangkan skala ekonomis.
·         Dukungan Pelayanan, adanya orang atau organisasi yang membantu peserta didik untuk memperoleh kemudahan dalam melaksanakan kegiata belajar dan kegiatan akademik lain.
·         Penilaian, Dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh penilaian seharusnya didasarkan pada teori belajar konstruktivis yang menyatakan bahwa seharusnya seseorang (umumnya orang dewasa) mampu menciptaan pengetahuannya snediri berdasarkan pengalaman dan kemampuan belajarnya. Prinsip penilaian berbasis pengalaman sudah seharusnya dikembangkan dan digunakan dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh.

D.                 Manajemen Mutu dan Akreditasi
Manajemen mutu diarahkan pada pengendalian mutu tamatan agar memenuhi standar kompetensi yang diterapkan secara nasional, sedangkan akreditasi diarahkan pada penjaminan mutu pelayanan pendidikan.
Manajemen mutu mencakup penentuan kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan struktur program kurikulum. Kompetensi lulusan dicapai melalui proses pembelajaran dalam bentuk penguasaan kompetensi bahan kajian yang setara dengan jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang bersangkutan. Kompetensi bahan kajian memuat standarkemapuan dasar yang harus dikuasai peserta didik yang ditentukan sebagai persyaratan penguasaan kompetensi tertentu. Kompetensi mata pelajaran memuat ketentuan tentang standar kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang harus dikuasi oleh peserta didik. Penyusunan kompetensi mata pelajaran dibuat dengan tingkat kedalaman yang berbeda dilaksanakan sebagai komponen dari kurikulum pendidikan yang berdiversifikasi.
Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah akreditasi terhadap kelayakan program pendidikan atau satuan kelembagaan pendidikan terbuka dan jarak jauh. Kelayakan program dinilai dari struktur program dan kurikulum, jumlah dan kualifikasi pendidikan tenaga pengajar dan staf administrasi, penyediaan sarana pendukung belajar pelayanan bantuan belajar dan tutorial, dan penyelenggaraan ujian. Sementara kelayakan lembaga dinilai berdasaran kemampuannya dalam mengelola dan menyelenggarakan pelayanan pendidikan berdasarkan standar pelayanan minimal pendidikan dan manajemen berbasis sekolah.

5.  Penyelenggaraan Pendidikan Terbuka & Jarak Jauh
                                    Pendidikan terbuka dan jarak jauh merupakan komponen dari sistem pendidikan nasional yang dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis. Dengan memerhatikan keberadaan pendidikan terbuka dan jarak jauh yang telah bertumbuh-kembang di masyarakat sesuai jalur, jenjang dan jenisnya. Penyelenggaraannya perlu mendapatkan pengaturan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada Pendidikan dasar, Pendidikan menengah, Pendidikan tinggi, Pendidikan luar sekolah, Pendidikan kedinasan, Pendidikan keagamaan, dan Pendidikan berkelanjutan.
A.                 Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kapasitas belajar peserta didik, yang antara lain meliputi rasa ingin tahu, percaya diri, keterampilan berkomunikasi, dan kesadaran diri. Selain itu, pendidikan dasar perlu dioptimalkan untuk mengembangkan kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung, dan bernalar serta keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tingkat pendidikan dasar harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan dan tingkat perkembangan peserta didik. Salah satu aspeknya yang perlu diperhatikan adalah pentingnya program pembimbingan dan pembinaan mengingat perkembangan kematangan anak yang masih dalam periode pembentukan awal, hal ini juga merupakan usaha sosialisasi dalam konteks belajar mandiri.

B.                 Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah diselenggarakan sebagai kelanjutan dari pendidikan dasar, yang berfungsi untuk menyiapkan peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan berinteraksi secara produktif dengan lingkungan sosial, budaya, den alam sekitar dan atau melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pendidikan menengah terdiri atas sekolah menengah tingkat pertama dan sekolah menengah tingkat atas.sekolah menengah tingkat atas terdiri atas sekolah menengah umum dan sekolah kejuruan. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tingkat pendidikan menengah selain harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik memasuku masa remaja, juga perlu diorientasikan pada pendidikan untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan memasuki dunia kerja.

C.                 Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang menekankan pada pengembangan kemampuan akademik idan keterampilan profesional sebagai bekal untuk memasuki dunia kerja. Penyelenggraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tingkat pendidikan tinggi selain harus memerhatikan karakteristik program studi dan peserta didik juga mengacu pada pelaksanaan tridharma perguruan tinggi, termasuk di dalamnya mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih jauh lagi pendidikan terbuka dan jarak jauh pada tingkat pendidikan tinggi sepenuhnya harus mencerminkan kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran yang mengarah pada pembentukan kepribadian dan sikap hidup yang mandiri.

D.                 Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah menekankan pemberian pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang tidak dapat dilayani kebutuhan pendidikannya melalui jalur sekolah karena berbagai kendala, seperti kendala finansial, waktu, jarak, usia, dan kesempatan. Penyelanggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada jalur luar sekolah ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan keprofesian peserta didik sesuai kebutuhan termasuk untuk menyiapkan peserta didik untuk siap memasuki dunia kerja. Pendidikan luar sekolah diselenggarakan dalam satuan pendidikan luar sekolah, yang dapat terdiri atas kelompok belajar, kursus, penitipan anak, kelompok bermain, dan satuan pendidikan yang sejenis.

E.                 Pendidikan Kedinasan
Pendidikan kedinasan menekankan pada peningkatan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon pegawai suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada pendidikan kedinasan ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan keprofesian, dan memperluas wawasan sesuai dengan tuntutan perkembangan kebijakan dan kebutuhan pembangunan, tanpa harus meninggalkan tempat kerjanya.

F.                  Pendidikan Keagamaan
Pendidikan keagamaan menekankan pada pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan bagi anggota masyarakat termasuk peserta didik. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada pendidikan keagamaan ditujukan untuk memperluas dan memperkuat pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan bagi semua warga masyarakat. Selain itu, pendidikan keagamaan tidak hanya sekadar berisikan kaidah-kaidah agama, melainkan juga norma kehidupan beragama, seperti salng menghargai, saling menyayangi, dan sebagainya, yang dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk penyajian yang bervariasi.



G.                Pendidikan Berkelanjutan
Pendidikan berkelanjutan (continuing education) menekankan pada pemberian kesempatan kepada warga belajar dewasa untuk mengikuti perkembangan yang terjadi dalam lingkungannya. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada pendidikan berkelanjutan dapat dilakukan secra terencana maupun dimanfaatkan tanpa rencana untuk menambah pengetahuan, memperluas wawasan, meningkatkan kemampuan dan profesionalisme mereka baik untuk memenuhi kebutuhan pribadi, lingkungan kerja maupun masyarakat.
            Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh dalam berbagai jenjang, jalur dan jenis pendidikan ini mempunyai prospek yang cerah, dalam rangka memberikan kesempatan kepada siapa saja untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal serta untuk mengikuti perkembangan global, tanpa harus mengutamakan adanya pengakuan berupa ijazah atau serifikat yang selama ini masih sering digunakan sebagai ukuran untuk menilai kemampuan seseorang.

6.  Beberapa Jenis Tutorial dan Kelemahannya

A.                 Tuorial Tatap Muka
Siswa dan guru atau tutor bertemu secara berkala untuk memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa.
Kekurangan yang ada dalam tutorial semacam ini:
·         Tutorial tidak dapat dilakuakan terlalu sering. Makin sering dilakukan makin mahal biayanya.
·         Tutorial seperti ini biasanya bukan merupakan keharusan. 
B.                 Tutorial melalui telepon dan surat
Tutorial jenis ini tidak banyak dimanfaatkan siswa, pada hal biayanya relatif murah dan mudah melakukannya. Kendalanya mungkin tidak semua siswa mempunyai telepon, atau sungkan untuk menanyakan pelajaran kepada guru melalui telepon atau surat. Di samping itu tutorial melalui surat jawabannya seringkali datangnya sangat lambat.
C.                 Tutorial melalui konferensi audio atau video
Tutorial ini jarang digunakan karena biaya relatif mahal.
7.  Model atau Istilah dalam Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

A.           Sekolah Korespondensi
UNESCO memberi batasan Sekolah Korespondensi sebagai berikut:
“Pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan jasa pos tanpa adanya pertemuan tatap muka antara guru dan siswa”. Pengajaran dilakukan melalui bahan belajar dalam bentuk cetakan atau rekaman kaset suara yang dikirimkan kepada siswa melalui pos. Kemajuan belajar siswa dimonitor dengan menggunakan latihan atau tugas-tugas tertulis atau latihan yang direkam dalam kaset. Siswa mengerjakan latihan itu menggunakan tulisan atau rekaman kaset juga yang dikirimkan kepada guru yang ada di Pusat Lembaga pendidikan terbuka dan jarak jauh. Guru memeriksa pekerjaan siswa dengan memberi komentar dan saran-saran secara tertulis atau melalui rekaman kaset. Hasil koreksi itu dikirimkan kembali kepada siswa. 

B.       Pendidikan Terbuka
Pendidikan Terbuka ini mempunyai karakteristik umum yang sama dengan belajar terbuka/jarak jauh. Siswa Pendidikan Terbuka dapat belajar dari jauh, maksudnya belajar jauh atau terpisah dari guru atau dosen dan mungkin juga jauh dari lembaga penyelenggaranya. Sebagai contoh, beribu-ribu mahasiswa Universitas Terbuka menghabiskan sebagian waktu belajarnya untuk belajar sendiri di tempat mereka masing-masing. Mereka menghadiri pelajaran secara tatap muka dengan dosen atau tutor hanya dalam waktu-waktu tertentu saja.

C.      Distance Teaching, Distance Learning, dan Distance Education
Keegan (1986) membedakan ketiga istilah tersebut sebagai berikut:
Distance Teaching berusaha mengembangkan bahan belajar mandiri yang bermutu yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan  untuk memberikan pelajaran dari jauh.
Sebaliknya Distance Learning lebih banyak menekankan pada proses belajar siswa. Orang yang menggunakan istilah ini banyak memikirkan mengenai bantuan-bantuan yang perlu diberikan kepada siswa supaya mereka belajar dan dapat memahami isi pelajarannya.
Istilah Distance Education merupakan perpaduan istilah Distance Teachingdan Distance Learning tersebut. Dalam sistem Distance Education siswa belajar secara terpisah dari guru, karena itu bahan belajar yang digunakan harus disusun secara khusus supaya relatif lebih mudah untuk dipelajari siswa sendiri. Bahan belajar ini tidak cukup hanya dikembangkan oleh ahli isi pelajaran sendiri saja, melainkan perlu melibatkan ahli pengembang pembelajaran, ahli media, dsb dalam penyusunannya.


D.      External Study, Home Study dan Independent Study
Istilah External Studies mengandung arti “di luar” tetapi “tidak terpisah” dari tanggung jawab staf dosen dari suatu universitas atau perguruan tinggi. Jelasnya staf dosen yang sama mempunyai dua kelompok siswa yang berbeda. Kelompok pertama disebut kelompok “on campus” adalah kelompok siswa yang belajar di kampus seperti laiknya mahasiswa yang belajar di universitas. Kelompok kedua disebut kelompok “external” atau “off campus”. Kelompok yang kedua ini tidak harus mengikuti kuliah di kampus tetapi belajar sendiri di luar kampus.
Istilah Home Study ini hanya mengacu pada pendidikan lanjutan untuk orang dewasa. Home Study bukan bagian dari universitas, melainkan sekolah korespondensi untuk orang-orang dewasa di Amerika Serikat. Dalam sistem ini siswa tidak harus belajar di sekolah atau di pusat pendidikan dan pelatihan. Biasanya sebagian bahan belajar dipelajari di rumah, sebagian yang lain dipelajari di Pusat-pusat Sumber Belajar, di perpustakaan, di pusat-pusat pelatihan, dsb.
Independent Study, istilah ini diperkenalkan oleh Charles Wedemeyer dari Universitas Wiscounsin sebagai istilah umum untuk jenis-jenis pendidikan yang di Amerika Serikat biasa disebut sebagai “belajar melalui korespondensi, pendidikan terbuka, pengajaran melalui radio dan TV, atau belajar mandiri.” 

Kesimpulan

            Pendidikan terbuka dan jarak jauh pada dasarnyaadalah rancangan suatu sistem pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan, memilih, danmemperoleh pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik dengan mendayagunakan sumber yang tersedia secara optrimal. Selain itu, juga merupakan suatu sistem yang sengaja dan sadar dirancang untuk berbagai keperluan yang belum bisa terpenuhi oleh pendidikan regular.Kemudianseiring dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang terus maju dapat memberikan dampak yang  baik terhadap sistem pendidikan ini sebagai suatu alternatif yang berpotensi dalam pembangunan pendidikan di era globalisasi.
            Makasesuai dengan karakteristiknya sebagai pendidikan yang bertumpu pada prinsip pendidikan sepanjang hayat, kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobilitas dan efisiensi, merupakan sebuah kemudahan bagi mereka peserta pendidikan terbuka dan jarak jauh untuk dapat memilih program pendidikan yang diminatinya dan yang memberinya kesempatan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya seoptimal mungkin. Sehingga kemajuan juga kemudahanyang dihadirkan pada sistem pendidikan inidapatmemberi manfaat dan pengetahuan yang sesuai dengan harapan, serta agar pada akhirnya pendidikan tersebut dapat mempunyai daya guna dan hasil guna yang tinggi. (Sumber Kel FIX PTP TP'12)

Ida Ayu Komang A. (NIM : 1215121096)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS