Pengantar Teknologi Komunikasi dan Informasi (PTKI)
APLIKASI DAN POTENSI TIK DALAM PEMBELAJARAN DI ERA GLOBALISASI
Dosen : Bpk. Cecep Kustandi, M.Pd
UNJ - FIP - TP '12
APLIKASI DAN
POTENSI TIK DALAM PEMBELAJARAN DI ERA GLOBALISASI
Aplikasi dan Potensi TIK dalam Pembelajaran di Sekolah
Menghadapi abad ke-21, UNESCO melalui “The International Commission on
Education for the Twenty First Century” merekomendasikan pendidikan yang
berkelanjutan (seumur hidup) yang dilaksanakan berdasarkan empat pilar proses
pembelajaran, yaitu: Learning to know (belajar untuk menguasai. pengetahuan)
Learning to do (belajar untuk menguasai keterampilan ), Learning to be
(belajar untuk mengembangkan diri), dan Learning to live together (belajar
untuk hidup bermasyarakat). Untuk dapat mewujudkan empat pilar pendidikan di
era globalisasi informasi sekarang ini, para guru sebagai agen pembelajaran
perlu menguasai dan menerapkan TIK dalam pembelajaran di sekolah.
Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima
pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan,
(2) dari ruang kelas ke, di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line”
atau saluran, (4) dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, dan (5) dari
waktu siklus ke waktu nyata.Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan
dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet,
e-mail, dan sebagainya. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan
melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan
media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan
langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam
lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya
dengan menggunakan komputer atau internet. Di sinilah peran guru untuk membuat
kurikulumnya sendiri yang dapat membuat peserta didik beajar secara aktif.
Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber
teaching”atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan
menggunakan internet. Istilah lain yang makin popuper saat ini ialah e-learning
yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media TIK khususnya internet.
Menurut Rosenberg (2001), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi
internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan
tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk
memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
(2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan
teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling
luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Sejalan
dengan perkembangan TIK itu sendiri pengertian e-learning menjadi lebih luas
yaitu pembelajaran yang pelaksanaannya didukung oleh jasa teknologi seperti
telepon, audio, video tape, transmisi satellite atau komputer (Soekartawi,
Haryono dan Librero, 2002).
Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang
berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based
Instruc-tion), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning
Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC
(Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan
sebagainya.
Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat juga
memanfaatkan e-laboratory dan e-library. Adanya laboratorium virtual (virtual
lab)memungkinkan guru dan siswa dapat belajar menggunakan alat-alat
laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium secara fisik, tetapi dengan
menggunakan media komputer. Perpustakaan elektronik (e-library) sekarang ini sudah
menjangkau berbagai sumber buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa
harus membeli buku/sumber belajar tersebut.
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan
dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih
terbuka. Globalisasi juga membawa peran yang sangat penting dalam mengarahkan
dunia pendidikan kita dengan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Sebenarnya,
ada empat level pemanfaatan TIK untuk pendidikan menurut UNESCO, yaitu: Level
1:Emerging - baru menyadari pentingnya TIK untuk pendidikan; Level 2: Applying
- baru mempelajari TIK (learning tom use ICT); Level 3: Integrating - belajar
melalui dan atau meng-gunakan TIK (using ICT to learn); Level 4: Transforming -
dimana TIK telah menjadi katalis efektifitas dan efisiensi pembelajaran serta
reformasi pendidikan secara umum.
Salah satu bentuk produk TIK yang sedang “ngetrend” saat ini adalah
internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21.
Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat
manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu
instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi
transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal
batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat
mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan
pada gilirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam
kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi
internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang
kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan
pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global.
Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola
kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau
bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan
kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah
mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional
yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas
maupun di luar kelas.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui
jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun
untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman.
Dengan kondisi demikian, maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat
atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai
alat bantu utama.
Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh
Robin Paul Ajjelo dengan judul “Rebooting: The Mind Starts at School”. Dalam
tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan
datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam
bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak
duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan
datang disebut sebagai“cyber classroom” atau “ruang kelas maya” sebagai tempat
anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok
dengan pola belajar yang disebut “interactive learning” atau pembelajaran
interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer
dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan
internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak
akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan
individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan
pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa
dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi
lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses
pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan
materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator
pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Robin Paul Ajjelo juga mengemukakan secara ilustratif bahwa di masa-masa
mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti
sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan akses internet
tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan,
materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta
perekam suara, (2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang
elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone
bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV,
(4) alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang.
Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti
berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.
Namun sayangnya, di negeri kita yang kaya ini, dan terdiri dari berbagai
pulau, hal di atas masih seperti mimpi karena struktur dan kultur serta SDM
guru yang profesional belum merata dengan baik. Di berbagai kota besar seperti
Jakarta misalnya, beberapa sekolah maju dan internasional telah mengaplikasikannya,
tetapi buat sekolah-sekolah di daerah, mungkin masih jauh panggang dari api
dalam mengaplikasikan TIK.
Meskipun TIK dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak
menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di
sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan
kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri
dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Terkadang anak-anak lebih
senang bermain games ketimbang materi yang diberikan oleh guru. Karena games
sangat menarik peserta didik untuk rehat sejenak dari segala pembelajaran yang
diterimanya di sekolah. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu
bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari
aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari
internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis
terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet
yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat
manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dan sebagainya. Dalam
hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan
pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik
dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.
Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran
pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam
pandangan tradisional proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang
sulit dan berat, (2) upaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer
dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang
dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan
terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah
terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai:
(1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses
linear dan atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan
kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat,
dan kultur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas,
perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru
telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi,
ahli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator
pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar;
(2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih
banyak memberikan alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam
proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah
mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi
partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali
pengetahuan menjadi menghasilkan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran
sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif
dengan siswa lain.
Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru, kini telah
bergeser menjadi berpusat pada siswa.
Aplikasi dan potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah yang dikembangkan
oleh guru dapat memberikan beberapa manfaat antara lain.
a. Pembelajaran menjadi lebih interaktif, simulatif, dan menarik
b. Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / kompleks
c. Mempercepat proses yang lama
d. Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi
e. Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau di luar jangkauan
Kurikulum TIK yang sekarang ini telah dibuat oleh pusat kurikulum yang
bekerjsama dengan Badan standar Nasional (BSNP) adalah kurikulum standar yang
terdiri dari SK (Standar Kompetensi), dan KD (Kompetensi Dasar) yang masih
harus dikembangkan oleh guru itu sendiri dalam mengaplikasikannya sesuai dengan
kondisi sekolah. Guru TIK dituntut untuk membuat kurikulumnya sendiri sesuai
dengan SK dan KD dengan berbagai ragam pengayaan yang dimiliki oleh guru di
daerahnya masing-masing. Sayangnya, banyak guru yang belum siap membuat
kurikulumnya sendiri dan masih banyak guru yang copy and paste dalam membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Padahal dlam KTSP guru diberikan
kebebasan untuk berkreativitas dalam memberikan materi pengayaan kepada para
peserta didiknya.
PENUTUP DAN KESIMPULAN
Aplikasi dan potensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa
pergeseran pandangan tentang pembelajaran dan peran guru dalam proses
pembelajaran di sekolah. Penerapan TIK dalam pembelajaran memungkinkan kegiatan
belajar mengajar lebih interaktif, simulatif dan lebih menarik. Oleh karena itu
guru di era globalisasi informasi ini dituntut untuk mampu menguasai dan
mengalipkasikan TIK dalam pembelajaran. Mengajak peserta didik untuk mampu
memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mampu meciptakan informasi dengan
membangun connecting and sharing.
Perubahan paradigma dalam proses pembelajaran dari pembelajaran
konvensional ke pembelajaran yang beriorientasi pada penerapan TIK akan
mempercepat peningkatan kualitas pendidikan yang pada akhirnya dapat mengejar
ketertinggalan dari negara-negara lain di dunia.
Bagaimanapun banyaknya dampak positif dalam penerapan TIK dalam
pembelajaran di sekolah, kita mempunyai tanggungjawab bersama dalam
meminimalisasi dampak negatif yang muncul baik secara individual, maupun sosial.
Jangan iarkan anak-anak kita terlalu asyik dengan facebooknya dan games-games
online lainnya. Anak harus diajarkan untuk mampu membaca dan menulis.
Menciptakan informasi di dunia maya, walupun kita tahu dunia maya tak secantik
Luna Maya yang terkena kasus dengan tulisannya di situs sosial Twitter.
Mulai saat ini marilah kita tidak GATEK, dan tidak ALERGI dengan TIK. Siapa
yang menguasai TIK, pasti dia akan menguasai dunia. Kita pun merasakan bahwa
masih banyak yang harus disempurnakan untuk memperbaharui kurikulum TIK yang
ada di sekolah-sekolah kita. Perlu kerjasama (kolaborasi) antara guru di
sekolah dan dosen di perguruan tinggi untuk memperbaiki kualitas kurikulum TIK
di Indonesia. Jangan sampai terjadi tumpang tindih materi dalam mengaplikasikan
TIK. Semoga struktur dan kultur berjalan seimbang di sekolah-sekolah kita,
sehingga aplikasi dan potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah berjalan dengan
baik dan sesuai dengan kurikulum yang diharapkan oleh pemerintah. (sumber : Makalah TP '12 PTKI Kelompok 9)
Ida Ayu Komang Anggraeni (NIM : 1215121096)
1 komentar:
CC website is a phenomenal website that's guaranteed to be around for a long time to come. You can find more details on blade runner 2049 movie on the site love simon letmewatchthiscom.
Posting Komentar