Pengantar Teknologi Pendidikan (PTP)
Konsep Dasar Pengembangan Sistem Belajar Mandiri
Dosen : Prof. Yusufhadi
UNJ - FIP - TP '12
Konsep
Dasar Pengembangan Sistem Belajar Mandiri
A. Pengertian Konsep
Dasar Pengembangan Sistem Belajar Mandiri
Secara ringkas dapat disebutkan bahwa teknologi
pendidikan sebagai suatu konsep, mengandung sejumlah gagasan dan rujukan.
Gagasan yang ingin diwujudkan adalah agar setiap pribadi dapat berkembang
semaksimal mungkin dengan jalan memanfaatkan teknologi sedemikian rupa sehingga
selaras dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan.
Sistem adalah perpaduan antara sejumlah
komponen yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri, namun saling berkaitan
untuk mencapai suatu tujuan bersama, dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Kesalahpengertian tersebut
terjadi karena pada umumnya mereka yang kuliah di UT cenderung belajar sendiri
tanpa tutor atau teman kuliah. Belajar
mandiri berarti belajar secara
berinisiatif ,
dengan ataupun tanpa bantuan orang lain, dalam belajar.
Dalam
pelaksanaannya, konsep dasar itu dikembangkan dengan menggunakan rambu-rambu sebagai
berikut:
- Adanya
pilihan materi ajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta dalam beraneka
bentuk
- Pengaturan
waktu belajar yang luwes, sesuai dengan kondisi masing-masing peserta
didik
- Kemajuan
belajar yang dipantau oleh berbagai pihak yang dapat dilakukan kapan saja
peserta didik telah siap
- Lokasi
belajar yang dipilih/ditentukan sendiri oleh peserta didik.
- Dilakukannya
diagnosis kemampuan awal dan kebutuhan serta remediasi bila kemampuan itu
kurang atau pengecualian bila kemampuannya sudah dikuasai.
- Evaluasi
hasil belajar, dengan berbagai cara dan bentuk seperti tes penguasaan,
pembuatan portofolio, dsb
- Pilihan
berbagai bentuk kegiatan belajar dan pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan karakteristik peserta didik maupun pelajaran.
Sistem
belajar mandiri (SBM) sebagai suatu sistem dapat dipandang sebagi suatu
struktur,proses, maupun produk.
Ò Sebagai suatu struktur: adanya
suatu susunan dengan hierarki(tingkatan) tertentu
Ò Sebagai proses: adanya tata cara
atau prosedur yang runtut
Ò Sebagai produk: adanya hasil atau
wujud yang bermanfaat.
B.
Komponen Sistem Belajar Mandiri
Semua
komponen ini saling berkaitan dan terintegrasi dalam suatu kesatuan. Secara
operasional pengertian SBM dengan segala komponennya ini lebih merupakan suatu
pola konseptual dan tindakan.
Falsafah
dan Teori
Setiap tindakan yang sengaja dan
sadar tentu mempunyai dasar. Tindakan untuk menyelenggarakan SBM karena itu
tentu mempunyai dasar falsafat dan teori.
Falsafah/teori adalah suatu
pemikiran dasar yang mempengaruhi tindakan-tindakan kita. setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang
merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang didukungnya yaitu : *apa hakikat gejala
tersebut (landasan otologi),
*bagaimana (asal, cara, struktur
dan lain lain) cara penggarapan gejala tersebut (landasan epsitimologi),
*dan apa manfaat pembahasan
gejala tersebut (landasan aksiologi)
Pertimbangan
Antologi
:
ada sejumlah
postulat (pernyataan sosial yang
diterima tanpa perlu pembuktian) yang dapat dijadikan pegangan dalam
mengembangkan konsep belajar mandiri.
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan
berbeda
2. Manusia mempunyai kemampuan untuk
belajar dan mengembangkan diri sesuai potensi yang ada padanya, dan lingkungan
yang mempengaruhinya
3. Manusia mempunyai keluwesan utuk
mengubah dan membentuk kepribadiannya.
Orang
indonesia, mempunyai dasar Ontologi formal dalam perundangan seperti UUSPN(UU
Sistem Pend. Nasional), yang menegaskan tujuan pendidikan adalah membentuk
manusia indonesia seutuhnya yang memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
kepribadian yang mantap dan mandiri. Mandiri itu berarti mampu memenuhi
kebutuhan diri sendiri dan ikut serta dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
Bahwa salah satu hakikat diselenggarakannya SBM adalah untuk mengatasi masalah
belajar dan kinerja.
Pertimbangan
Epistelomogi :secara
legal keberadaan SBM tentunya didasarkan pada ketentuan hukum atau perundangan
yang ada. Sedangkan secara konseptual keberadaanya didasarkan pada anggapan
bahwa semua manusia dapat belajar apa saja, melalui apa saja, dari apa dan
siapa saja,kapan saja, dengan cara yang sesuai dengan karakteristik dan kondisi
masing-masing. Karena SBM pada dasarnya merupakan satu penerapan konsep TP,
maka berlaku pula prinsip TP,yaitu:
1. Memadukan berbagai macam pedekatan
dari bidang psikologi,komunikasi, manajemen,rekayasa, dll
2. Memecahkan masalah secara
menyeluruh dan bersistem. Menyeluruh berarti tidak bersifat tambal sulam dan
memperhatikan semua aspek. Bersistem berarti dilakukannya prosedur yang teratur
dan berurutan, dengan senantiasa melakukan perbaikan
3. Mengkaji semua kondisi dan saling
terkait diantararanya, dan menggunakan teknologi sbagai proses dan produk untuk
memecahkan masalah
4. Mengusahakan adanya efek sinergi,
dimana penggabungan unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekedar penjumlahan.
Pertimbangan
aksiologi :
*
manfaat SBM bagi pelajar/PD adalah agar dapat
dimungkinkan mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai dengan kondisi mereka.
*manfaat
SBM bagi penyelenggara maupun masyarakat:
1. Dapat dipercepatnya usaha
peningkatan mutu karyawan,
2. Tidak diperlukannya biaya yang
besar untuk penyelenggaraannya
3. Tidak terganggunya kegiatan
organisasi
4. Harapan akan meningkatnya mutu
pelayanan
Kerangka
teori
SBM
juga dilandasai oleh sejumlah teori dan konsepsi tertentu. Salah satunya adalah
Teori instruksional yang bersifat
preskriptif, artinya teori yang memberikan “resep” untuk mengatasi masalah.
Mengandung 3 variabel.
1.
Kondisi instruksional :
1.
Karakteristik siswa meliputi : pola kehidupan sehari-hari, keadaan sosial
ekonomi, kemampuan membaca, dsb.
2.
Karakteristik pelajaran meliputi : tujuan apa yang ingin dicapai dalam pelajaran
tersebut, dan apa hambatan untuk
pencapaian itu.
2.
Perlakuan instruksional
1.
Pengorganisasian bahan pelajaran, meliputi: bagaimana merancang bahan untuk
keperluan belajar mandiri.
2.
Strategi penyampaian meliputi : pertimbangan penggunaan media apa untuk
menyajikan apa, bagaimana cara menyampaikannya, siapa dan atau apa yang akan
menyajikan,dsb.
3.
Pengelolaan kegiatan : keputusan untuk mengembangkan dan mengelola serta kapan dan
bagaimana digunakannya bahan pelajaran dan strategi penyajiannya.
Dan
hasil instruksional
Model Instruksional
J.B Carrol (Wager, 1977 ).
Gambar
1
Variabel
waktu yang digunakan dapat dirinci lebih lanjut menjadi waktu yang diberikan
dan kegigihan. Variabel waktu yang digunakan terdiri atas kemampuan, kualitas
instruksional, dan kemauan.
Gambar
2
Meningkatnya
nilai pembilang (waktu yang diberikan dan kegigihan) akan meningkatkan waktu
yang diperlukan, dan mengakibatkan meningkatnya keberhasilan belajar. Meningkatnya
nilai pada sebutan (kemampuan, kualitas instruksional dan kemauan) akan
menurunkan waktu yang digunakan dan karena itu akan meningkatkan keberhasilan
belajar.
Kebutuhan
Yang
pertama perlu diidentifikasikan adalah kebutuhan belajar dan berkarya bagi para
calon peserta, yang mungkin berupa kebutuhan yang dirasakan(seperti halnya
merasa kurang mampu), atau kebutuhan yang dinyatakannya, yaitu bilamana
seseorang bersedia mengeluarkan dana dan tenaga untuk memperoleh sesuatu (mungkin
yang bermanfaat untuk pekerjaan, ataupun hanya mengejar status maupun gengsi).
Kebutuhan ini dapat diketahui dengan mengadakan pengkajian
lapangan(training/learning needs assessment) seperti kuesioner,observasi,dan
wawancara
serta dengan pengkajian konseptual dengan melakukan studi perbandingan(kajian empirik) atau pembahasan oleh para ahli.
serta dengan pengkajian konseptual dengan melakukan studi perbandingan(kajian empirik) atau pembahasan oleh para ahli.
Peserta
Peserta
SBM tidak dapat dikontrol kegiatan belajar kesehariannya. Pengawasan, yang pada
sistem konvensional dilakukan oleh penatar dalam SBM harus dilakukan oleh
peserta sendiri. Maka sebelum suatu program SBM dimulai perlu dilakukan
pengkajian konteks, dan karakteristik para peserta.
Pengkajian
konteks meliputi : *kondisi fisik, *intelektual, *kondisi sosial-ekonomi, serta
pola kegiatan sehari-hari calon peserta yang bersangkutan.
Pengkajian
karakteristik meliputi : *minat,*kebiasaan,*aspirasi, *latar belakang
pendidikan, *kemampuan membaca, dsb
Pengkajian
itu dapat dilakukan dengan pendekatan pragmatis(data lunak/soft data) berupa
persepsi, nilai, dan keinginan yang diamati oleh sekelompok perencana tentang
apa yang diperlukan, dan mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan. Dan yang
terbaik adalah menggunakan data mantap/hard data melalui penelitian khusus/
dengan menganalisis hasil penelitian serasi yang sudah ada.
Program
SBM
ditentukan pula oleh tujuan program, pola instruksional, format bahan belajar,
urutan pelajaran,sumber bahan pelajaran, deskripsi isi, dan kriteria
penggarapannya. Rencana yang tlah disusun ini kemudian dikembangkan dengan
menentukan materi ke dalam sejumlah topik, dan kemudian dijabarkan lagi dalam
bentuk naskah untuk diproduksi. Perencanaan program mempunyai arti yang sangat
penting, karena dari rencana inilah digerakkan seluruh kegiatan lain, misalnya
program apa yang harus diproduksi, kapan harus siap, berapa besar dana yang
perlu disediakan, sarana apa yang perlu ada, siapa yang perlu mengerjakan, dsb.
Namun
harus juga memperhitungkan faktor lain yaitu perkembangan TIK, karena mlalui
teknologi ini orang dapat menerima gagasan,informasi, sikap atau nilai tanpa sengaja
dan terencana.
Strategi
Strategi adalah pendekatan menyeluruh dalam pembelajaran, dan
yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan yang dijabarkan dari pandangan
falsafah dan teori tertentu. Strategi ditetapkan untuk mencapai tujuan umum.
Penentuan strategi pada
umumnya meliputi :
Ò Tujuan
belajar, jenis dan jenjangnya
Ò Cara
penyajian bahan pelajaran
Ò Media
yang digunakan
Ò Biaya
yang di perlukan
Ò Waktu
yang di berikan dan jadwalnya
Ò Prosedur
kegiatan belajar
Ò Instrumen
dan prosedur penelitian
Penentuan strategi ini
memberikan masukan kepada pengembang materi, distribusi dan kegiatan belajar.
Dari model Carroll,
maka variabel yang dapat dikontrol adalah waktu yang diberikan dan kualitas
instruksioan.
Materi
pelajaran
Secara teoritik dalam SBM para peserta
dapat memilih dan menentukan materi pelajaran yang di perlukannya, namun dalam
praktiknya paling tidak akan ditentukan tentang yang memenuhi syarat untuk di
pilih. Bahkan dalam kenyataannya, materi telah disiapkan oleh penyelenggara,
dengan alasan untuk mengendalikan mutu dan meningkatkan efisiensi.
Dalam pengembangan
materi ini harus benar benar diperhatikan kondisi dan karakteristik peserta.masyarakat
kita pada umumnya masih dikenal sebagai masyarakat yang masih berbudaya
mendengar lebih efektif lagi bila ditambahkan dengan membaca, namun belum
berbudaya hanya membaca saja, apalagi membaca secara mandiri.
*penggunaan ilustrasi,*kalimat-kalimat pendek,
*kosakata yang terbatas,*serta tata letak/layout menarik pada naham cetak akan
sangat menolong keadaan ini.
Produksi
dan Pengadaan Bahan ajar
Yang dimaksud dengan
Produksi : pembuatan paket bahan pelajaran sendiri, berdasarkan naskah
yang telah dirancang sesuai dengan kriteria pengolahan.kegiatan produksi ini
harus dilakukan oleh orang suatu tim yang kompeten. Hal ini berkaitan dengan
komponen tenaga.
Pengadaan bahan belajar: pembelian bahan belajar yang
sudah jadi, misalnya modul yang sudah dibuat oleh Puslitbangjari UNS atau
Universitas Terbuka
Distribusi/
penyebaran
Distribusi bahan
pelajaran kepada para peserta perlu memperhatikan strategi, kesiapan produk,
sarana, dan prasarana.
Dalam suatu SBM yang
waktunya tertentu dan terbatas, masalah distribusi ini dapat menjadi faktor
penentu, karena keterlambatan distribusi menyebabkan keterlambatan bahan
belajar.
Kegiatan
belajar
Puncak kegiatan SBM
adalah terjadinya kegiatan belajar oleh peserta. Peserta diharapkan dapat
belajar di tempat yang ditentukan sendiri, pada waktu yang dipilihnya sendiri
dan dengan cara belajar sendiri tanpa bimbingan tatap muka dari orang lain.
Namun hal ini tergantung kondisi dan
karakteristik peserta, serta kualitas bahan pelajaran.
Kepada para siswapun
disarankan agar mereka membentuk kelompok belajar pada lokasi yang berdekatan.
Kelompok ini tidak harus setingkat, atau dengan mata pelajaran yang sama.
Pada sistem SBM yang
ideal, kegiatan belajar ini tidak dibatasi waktu, jadi lebih ditekankan pada
pendekatan penguasaan(mastery concept). Penguasaan atas tujuan belajar dapat
dibuktikan(dievaluasi) dengan berbagai macam cara, yaitu dengan self-test(tes
sendiri), tes baku yang dapat diambil kapan saja, tes kolokium, dan pembuatan
portofolio.
Organisasi
penyelenggara
Penyelenggaraan SBM
merupakan suatu usaha pembaruan yang penuh dengan tantangan. Karena itu
idealnya dituntut organisasi penyelenggaraan khusus tersendiri yang lincah,
berpandangan jauh kedepan, serta mampu menjalin kerjasama yang luas dengan
berbagai pihak yang berkaitan.
Penyelenggara
pendidikan (termasuk SBM) dapat dibedakan dalam 3 dimensi,yaitu:
1. persyaratan, dengan
rentangan ketat dan longgar
2. kewenangan, dengan rentangan
memusat dan menyebar
3. sumber belajar,
dengan rentangan yang terbatas dan leluasa.
Organisasi
penyelenggaraan perlu dibentuk sejak awal timbulnya gagasan. Dalam organisasi
ini perlu dihimpun tenaga, sarana, dan prasarana yang diperlukan.
Tenaga
SDM dapat dikatakan
merupakan kunci keberhasilan penyelenggaraan SBM. Tenaga yang diperlukan dalam
menyelenggarakan SBM meliputi berbagai bidang.
Manajerial : mereka
yang mengelola kegiatan organisasi, dan personel dipusat maupun daerah
Akademik : mereka yang
mempunyai potensi dan keahlian dalam isi/bidang studi yang diajarkan
Fungsional : mereka
yang mempunyai kempetensi/keahlian dalam perencanaan dan pengembangan
kurikulum,teknologi instruksional, pengujian, PLS, BK serta tenaga Peneliti
yang merupakan yang mempunyai posisi penting,karena ia harus dapat memberikan
masukan kepada semua komponen sistem, dan sebaikanya tenaga peneliti ini
merupakan suatu tugas tersendiri, dan tidak dibebankan bagi tenaga yang ada.
Teknis : yang melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari,
termasuk didalamnya tenaga administrasi.
Sarana
dan Prasarana
Ò Sarana:
segala bentuk peralatan dan fasilits fisik.dapat berupa peralatan yang
diperlukam untuk produksi, distribusi, kegiatan belajar maupun untuk pemberian
bantuan dan penilaian
Ò Prasarana/
infrastruktur: segala sesuatu yang memungkinkan terselenggaranya fungsi sarana,
seperti dana, sumber daya listrik,transportasi, termaksud pula tatanan atau
aturan yang terkait didalamnya. Tatanan atau peraturan perlu mendapatkan
perhatian dari awal, karena meliputi ketentuan prasyarat dan seleksi peserta, ketentuan
prasyarat dan status akademik,ketentuan yang berhubungan dengan karir PD dsb. Dana
seringkali merupakan faktor yang paling menentukan. Penyelenggaraan SBM sering
kali lebih ditekankan pada tidak tersedianya dana untuk melaksanankan diklat
tatap muka. *bahan belajar berupa modul tertulis saja (apalagi kalau dibuat
dengan pertimbangan seekonomis mungkin) tidak akan mungkin menyamai efektivitas
belajar tatap muka.
Bantuan
dan pengawasan
Untuk
menunjang kelancaran kegiatan belajar, dalam SBM juga diperlukan sejumlah
bantuan dan pengawasan yang antara lain meliputi :
Ò Informasi
tentang program dan persyaratan
Ò Tata
cara pendaftaran
Ò Pengadministrasian
kegiatan akademik
Ò Pemberian
umpan balik atas pertanyaan atau saran dan tanggapan
Untuk menangani
pemberian bantuan inidiperlukan unit kerja tersendiri, sebab kalau tidak,para
PD akan merasa ditinggalkan atau dibiarkan dengan persoalannya sendiri. Melalui
kegiatan pemberian bantuan ini dapat dijaga adanya hunungan insani antara
pelajar(yang tidak dikenal karena dari jarak jauh) dengan PD.
Penelitian
dan penilaian
Penelitian yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
SBM dapat dibedakan dalam beberapa peringkat.
Ò Pada
peringkat kebijakan penelitian diperlukan untuk pengembangan masa depan. Seperti
misalnya penjajagan kelayakan, kebutuhan normatif dan masa depan, pengelolaan
kegiatan, dsb.
Ò Pada
peringkat strategis penelitian diperlukan untuk mengetahui kecendrungan
karekteristik calon peserta, kompetensi dan pendidikan yang ada dan yang
diperlukan, efektifitas program, analisis biaya dan lain lain.
Ò Pada
peringkat operasional penelitian diperlukan untuk mengetahui masalah produksi,
distribusi, kesulitan belajar, hasil belajar dan sebagainya. Penelitian tentang
efektivitas dan efisiensi masih sangat terbatas sekali di lakukan di indonesia.
Kebanyakan digunakan dari hasil penelitian luar negeri.memang ada baiknya
penelitian luar negeri, meskipun dari latar belakang budaya yang
berbedadijadikan referensi guna menghasilkan program yangbermakna dan bermutu.
Namun sebaiknya dilakukan penelitian sendiri.
c. Pengimplikasian
Sistem
Belajar
Mandiri dalam manajemen
3 kategori dalam
manajemen SBM:
Ò Manajemen
Kegiatan
Merupakan usaha yang bertujuan untuk menentukan dan
menyelenggarakan pembaruan demi tercapainya falsafah dan kebijakan kelembagaan,
kegiatan dapat dikategorikan dalam 3 peringkat, yaitu
1. peringkat kebijakan,meliputi:
penjabaran kebijakan, penilaian kebutuhan,penentuan kriteria peserta, penilaian
proses kegiatan, pembentukan organisasi, rekturmen dan seleksi tenaga, serta
sertifikasi dan pengakuan
2. peringkat strategik,
meliputi : perancangan program, penentuan strategi, pengembangan bahan belajar(termaksud
didalamnya evaluasi formatif untuk menyempurnakan bahan belajar tersebut),
pproduksi bahan belajar, serta penyimpanan dan distribusi bahan belajar.
3. peringkat
operasional, meliputi: publikasi, pendaftaran calon PD, penerimaan peserta,
pemberian orientasi kepada para PD, penyediaan(logistik) bahan belajar,
pengelolaan kegiatan belajar setempat, penilaian kemajuan belajar, dan pemberi
bantuan belajar.
Ò Manajemen
personel
apa, bagaimana, siapa yang Berwenang dalam kegiatan
pendidikan dan pelatihan
Ò Manajemen
organisasi
memfungsikannya kegiatan dengan jalan membentuk unit
kerja, menentukan, status organisasi, menyusun struktur organisasi, dsb.
Fungsi manajemen secara
umum adalah :
- Perencanaan
- Pengorganisasian
- Penyusunan pekerja
- Pengarahan
- Pengoordinasian
- Pengendalian
Permasalahan manajemen
SBM tidak mungkin diatasi dengan ad hoc(sambil lalu). Agar SBM dapat
terselenggara dengan baik, maka sebaiknya dikelola tersendiri dengan
memerhatikan seluruh komponen sistem serta kategori dan fungsi manajemen.
Kesimpulan
Fenomena Sistem Belajar Mandiri atau
Proses belajar mandiri, memberi kesempatan para peserta didik untuk mencerna
materi ajar dengan sedikit bantuan guru. Mereka mengikuti kegiatan belajar
dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan
sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat,
karena dianggap luwes, tidak mengikat, serta melatih kemandirian siswa agar
tidak tergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari guru. Berdasarkan
gagasan keluwesan dan kemandirian inilah,belajar mandiri telah bermetamorfosis
sedemikian rupa, diantaranya menjadi sistem belajar terbuka, belajar jarak
jauh,(e-learning,dsb)
Dari proses belajar mandiri tersebut diperoleh peran guru atau instruktur
diubah menjadi fasilisator, atau perancang proses belajar. Sebagai fasilisator,
seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan
belajar, atau ia dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program
tutorial. Tugas perancangan proses belajar mengharuskan guru untuk mengubah
materi ke dalam format sesuai dengan pola belajar mandiri. Tiap Komponen dalam sistem belajar
mandiri saling terkait satu sama lain, agar SBM
dapat terselenggara dengan baik, maka sepatutnya dikelola tersendiri dengan
memerhatikan seluruh komponen sistem serta kategori dan fungsi manajemen. (sumber: kel.BEATS PTP TP'12)
Ida Ayu Komang A. (NIM : 1215121096)
0 komentar:
Posting Komentar